Sufyan Ats-Tsauri pernah berkata Jika engkau bertakwa kepada Allah, maka engkau tidak butuh kepada manusia. Sedang apabila engkau takut kepada manusia, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhanmu kepada Allah sedikit pun.Â
Kutipan kalimat di atas mungkin biasa-biasa saja tetapi memiliki pesan yang mendalam. Bagaimana tidak semua manusia dihadapan Allah sama, yang membedakan tingkat ketaqwaannya. Taqwa menjadi tolak ukur kualitas seseorang di hadapan Allah. Ketaqwaan seseorang akan menghantarkan dirinya menjadi manusia yang paripurna. Manusia yang hanya memiliki ketergantungan kepada Allah semata, bukan kepada makhluk.
 Ketaqwaan kepada Allah akan menjadikan seorang budak menjadi mulia, hidupnya merdeka tanpa kekangan manusia. Kita belajar dari sosok Bilal Bin Rabah seorang budak yang kemudian diangkat derajatnya oleh Allah karena ketaqwaannya. Taqwa telah memerdekakan dirinya sebelum ia benar-benar merdeka secara status lahiriyah sebelum dimerdekakan oleh Abu Bakar As-Syidiq. Walau hidupnya dibelenggu oleh perbudakan ketika Iman dan Islam menghantarkannya ke puncak ketaqwaan maka saat itu jiwanya telah merdeka.Â
Ketaqwaan telah menjadikan manusia merdeka, merdeka dari cengkraman sesamanya. Bukan tidak butuh dengan manusia akan tetapi ketergantungannya kepada Allah telah menjadikan hatinya merdeka untuk dapat menerima semua takdir yang diberikan Allah atasnya. Â Tanpa takut ditinggalkan sesamanya. Ketaqwaan menjadi jalan hadirnya Allah dalam hatinya sehingga menjadikan dirinya selalu hati-hati dalam bersikap, bukan karena takut dengan manusia tapi takut akan kehilangan ridha-Nya.Â
Ketaqwaan kita kepada Allah akan memerdekakan hati untuk melakukan apa saja, selama yang kita lakukan tidak bertentangan dengan aturan dan keinginan Allah. Tidak pernah merasa sedih dan merasa rendah diri untuk melakukan hal-hal kecil bahkan terkadang dianggap hina oleh sebagaian manusia. Kecintaanya kepada Allah menimbulkan semangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi sesamanya. Tidak takut ditinggalkan manusia. Selama Allah ridha atas perbuatan yang dilakukannya maka itu akan menjadi jalan baginya untuk meraih keridhaan-Nya.
Seorang yang bertaqwa meyakini bahwa Allah lah yang memenuhi kebutuhannya. Manusia hanyalah jalan yang diberikan Allah untuk mencukupkan kebutuhan kita. Â Bukan sebaliknya Manusia yang memenuhi kebutuhan kita jalannya dari Allah. Ketika kita meyakini bahwa Allah lah yang mencukupkan segala kebutuhan kita maka kita tidak akan pernah kecewa dengan apa yang kita peroleh. Tugas kita hanya ikhtiar untuk menjemput rizki untuk memenuhi kebutuhan kita.Â
Allah lah Sebaik-Baik tempat Bergantung.
Sebaik-baik pengharapan hanya kepada Allah, Dia lah sebaik-baik tempat kita untuk bergantung. Berharap kepada manusia maka bersiaplah untuk kecewa. Â Tidak perlu khawatir dengan kebutuhanmu karena setiap makhluk di dunia ini sudah disiapkan rizkinya oleh Allah. Jangankan kita manusia yang diberikan banyak potensi baik potensi aqliyah (akal) maupun jasadiyah (fisik) yang dengannya kita dapat maksimalkan untuk menjemput rizki memenuhi kebutuhanmu. Bahkan binatang melata sekalipun sudah disiapkan rizkinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H