Salah satu momen terbaik adalah jalan-jalan ke Pasar Pamenang Pare untuk membeli baju baru menyambut lebaran. Sebuah momen yang begitu membahagiakan itu bukan tentang baju barunya, tapi lebih tentang bagaimana Alif kecil dibonceng selama perjalanan dan mendengar kedua orang tua bercerita tentang masa mudanya. Sesekali memang ada perdebatan, tapi itu tidak lama. Karena selalu ada yang mengalah diantara mereka berdua.
Dan puncaknya adalah ketika tangan kecil ini digandeng berkeliling mengitari beberapa toko untuk memilih baju yang pas. Alif kecil tidak pernah sekalipun meminta. Alif cukup menerima karena masa itu Alif kecil sudah tersadar untuk tidak menjadi beban orang tua. Saat ditanya "Mau yang mana lip?" Alif selalu menjawab dengan santai "Terserah emak aja". Sepertinya memang waktu itu Alif meyakini bahwa fashion tidak terlalu penting untuk tingkat SD.
Segala kondisi yang melekat membuat Alif kecil menjadi pribadi yang minder. Sesekali perasaan haru hadir melihat kondisi keluarga saat membandingkannya dengan keluarga lain. Tapi seringkali perasaan syukur begitu melimpah karena terlahir dalam keluarga yang luar biasa ini. Sebuah keluarga yang mengajarkan banyak hal. Sebuah keluarga kecil yang mengajarkan tentang makna perjuangan untuk dapat meraih sesuatu. Sebuah keluarga yang mampu menempa Alif kecil menjadi sosok yang sekarang mampu menjadi teman kalian. Alif memiliki sosok ibu yang tidak henti-henti berdoa untuk anaknya. Sesosok Bapak yang mampu memaksa Alif untuk tetap berjuang dan mendorong untuk mencoba mendaftar kuliah di tengah segala keterbatasan ekonomi.
Dan saat Alif mempertanyakan, "Biaya darimana buat kuliah pak?". Beliau hanya menjawab dengan sabar "Sing kuoso iku sugih le, lak cuma masalah duit kuliah iku gampang. Ojo ngremehne bapakmu yo le!. Pokok ndungo wae" (yang kuasa itu maha kaya, masalah uang kuliah itu gampang. Jangan meremehkan Bapakmu ya nak. Berdo'a saja semoga bisa). Padahal Alif sangat tahu, di keluarga ini masalah uang tidak segampang itu. Hingga Aku tersadar ketika sampai di titik ini bahwa Tuhan senantiasa memberi petunjuk selama hambaNya mau melangkah. Akhirnya, selepas mendaftar hingga ikut ujian seleksi. Jatuh bangun penuh luka anak bau kambing ini mendapat beasiswa penuh untuk kuliah selama 4 tahun melalui program BIDIKMISI.
Anak yang sekalipun tidak pernah berpikir untuk mampu kuliah ini akhirnya bisa menjadi teman kuliah kalian. Merasakan bagaimana mampu berteman dengan anak-anak kuliahan keren seperti kalian. Dengan segenap kerandahan hati Alif menghaturkan maaf sebesar-besarnya atas segala tindak tanduk yang mungkin pernah membuat kalian sakit hati. Kawan, tetaplah berjuang! Momen apapun yang kalian raih saat ini semata-mata adalah sebuah perjalanan panjang perjuangan kalian di masa lalu.
Penggembalaan Alif waktu SD itu sungguh kisah menarik. Penggembalaan tentang bagaimana anak yang bau kambing ini berusaha memulai pencarian jati dirinya. Dan selanjutnya adalah kisah perjuangan membangun kwikku.com - Jejaring Sosial Indonesia selama menempuh kuliah bersama Hamdi Musaad dan Tim Kwikku Nusantara. Begini kisahnya. . . . . . . Â
To Be Continued... 08/08/2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H