Mohon tunggu...
Alif Erlayas
Alif Erlayas Mohon Tunggu... Administrasi - manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanti Eggboy dari Indonesia

19 Maret 2019   16:16 Diperbarui: 19 Maret 2019   17:00 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sempat mengejutkan, remaja berusia 17 Tahun asal Australia bernama Will Conolly menamplok telur tepat di kepala senator Australia Fraser Anning (16/03/2019) yang sedang melakukan sesi wawancara dengan salah satu stasiun TV Australia dan sang senator pun memberikan balasan dua kali pukulan kepada sang remaja. Tapi lucunya hampir seluruh warga dunia mendukung tindakan yang dilakukan remaja ini, tindakan yang dianggap tidak sopan dan tidak pantas bagi beberapa manusia suci di dunia.

Namun jika boleh kukirim pesan bagi will conolly, "mumpung usiamu baru 17 tahun, sebaiknya tidak perlu sekolah lagi jika ada terbesit di fikiranmu tentang ingin menjadi senator di negaramu, tetaplah menjadi anak kurang ajar yang memiliki hati nurani yang tidak menginginkan ada diskriminasi antar manusia di dunia, apalagi mengadu domba para manusia di dunia demi keuntungan pribadi semata".

Belum jelas apa motif dari anak remaja ini menamplokan telur di kepala sang senator, namun yang seluruh dunia tahu mengenai senator ini adalah cuitan sang senator di twitter yang kontroversial dengan memojokan para kaum muslim atas kejadian penembakan di masjid Christchurch New Zealand. 

Singkat cerita, Fraser anning adalah senator yang sangat membenci Imigran afrika dan orang muslim. Kenapa bisa disimpulkan demikian? Karna Hampir setiap cuitanya di twitter selalu menyinggung masalah kesukuan dan keagamaan, dan disitu ada beberapa suku dan agama yang menjadi fokus dari kebencianya.

Entah benar apa salah, saya pun tidak peduli, namun tindakan heroik dari remaja ini memang perlu untuk mendapatkan apresiasi. Dengan ketenanganya, ia sempat mengeluarkan smartphone miliknya untuk merekam aksinya dan detik demi detik saat ia menamplokan telur ia terlihat begitu percaya diri dengan keteguhan hatinya. 

Apakah ia begitu membenci sang senator yang membenci imigran afrika dan kaum muslim?boleh jadi. Apakah ia tidak menerima pendapat sang senator yang berpendapat demikian? boleh jadi. Tapi itulah cara anak berusia 17 tahun dalam berkespresi, cara menyadarkan orang dewasa yang tidak memiliki hati nurani. Menamplokan telur adalah simbol kekesalan atas kekosongan dari otak seseorang.

Dukungan nyata dunia terhadap sang anak dapat terlihat dari situs penggalangan dana, di situs yang terahir saya lihat memang hanya baru ada kurang lebih $30.000, namun tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah karna penggalangan dana tersebut baru berlangsung satu hari. Tapi sudahlah lupakan apa yang didapat eggboy dari Australia.

Kini yang kita nanti adalah eggboy lainnya yang berasal dari Indonesia. Indonesia adalah Negara yang penuh konflik keagamaan, kesukuan dan konflik-konflik lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu karna saking banyaknya. Pasti masih banyak anak remaja yang menonton para artis ataupun pejabat Negara yang berbicara dengan penuh kebencian dan kedunguan. 

Alangkah baiknya jika kalian wahai para anak muda mulailah sedikit kurang ajar kepada orang-orang dewasa yang punya tingkah kurang ajar bahkan melebihi Frasser anning. Karena di Indonesia ini banyak pejabat publik yang sedemikian layak untuk dilempar telur, mengapa tidak? semoga mereka mengerti dengan cara berekspresi setiap manusia, sebagaimana kita selalu memaklumi tingkah laku mereka yang semakin kurang semena-mena kepada kita semua.

Tapi percayalah, kebencian tidak untuk dilawan dengan kebencian, kekerasan juga demikian. Tapi ketika sudah tidak ada lagi celah di hati para pemimpin untuk mendengar jeritan hati dan ekspresi rakyat, terkadang telur yang melayang lebih Indah untuk dipandang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun