Mohon tunggu...
Mang Ali
Mang Ali Mohon Tunggu... -

Ali Ahmadi\r\nDosen DPK Kopertis IV Jabar Banten.\r\ndi STMIK Mardira Indonesia Bandung.\r\nPengagum Ali Al-Murtadla, Ali Ar-Ridla, Sa'di Shirazi, Nashir Makarem Shirazi, Noam Chomsky, Anton Chekov, dan Tchaikovsky.\r\nLebih menyukai kedamaian dari pada kekerasan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cara Terbaik Menyikapi Wikileaks

11 Maret 2011   22:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:52 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angkat jempol buat Pak Marty..

Pak Menlu yg (kali ini) tercerdas untuk Soal Wikileaks.

Untuk kali ini acungan jempol tertinggi buat sikap pejabat terkait pemberitaan yg bersumber Wikileaks adalah untuk Pak Menlu kita, atas pernyataannya di : http://internasional.kompas.com/read/2011/03/12/02094998/Cukupkah.Permintaan.Maaf.Kedubes.AS

Dapat Anda bandingkan dengan komentar para pejabat lain di http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/1206/1/indonesia.di.wikileaks. Kebanyakan menyalahkan Wikileaks, atau meragukan Wikileaks.

Padahal kalau kita baca ttg Wikileaks, misal di: http://en.wikipedia.org/wiki/WikiLeaks, Wikileaks "hanyalah" pembocor kawat-kawat dari para Diplomat AS.

Benar kata Pak Menlu. Mestinya memang begini:

Pertama, Kedubes AS-lah yang harus memfilter kawat-kawat para Diplomatnya. Info kacangan (level gosip warkop) mestinya dibahas dulu internal Kedubes, baru yg valid yg dikawatkan.

Kedua, Kedubes AS harus meminta maaf kepada pihak yang dirugikan apabila ada kawat-kawat yang merugikan pihak lain, dan memenuhi tuntutan pihak yang dirugikan.

Ketiga, media publik yang ingin merelease kabar bersumber ke Wikileaks, semestinya secara profesional memuat berita yang cover both sides.

Keempat, ini pendapat saya, mestinya Kedubes AS diseluruh muka bumi ini disadap dan tingkah "spionase"-nya dibongkar semua, atau jgn dikasih ijin buka saluran komunikasi sama sekali, biar mereka berkomunikasi pake "ASAP". Toh penduduk asli Amerika (orang Indian) berkomunikasinya pake asap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun