Perang antara Rusia dan Ukraina masih menjadi perbincangan hangat sampai saat ini. Secara resmi Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pengumumannya sejak 24 Februari 2022 benar-benar menyerang Ukraina. Di bulan Desember, pemimpin dunia salah satunya Presiden AS yaitu Joe Biden memperingati Rusia tentang sanksi ekonomi Barat jika menyerang Ukraina diakibatkan laporan yang semakin intens tentang militer di perbatasan. Di sisi lain, Rusia mulai melakukan latihat militer secara besar-besaran sejak awal Januari 2022. Semua angkata laut dikerahkan. Latihan ini dilakukan di darat, Rusia juga bekerja sama dengan Belarusia, tetangga dekat sekaligus sekutunya.
Akibat dari perang Rusia dan Ukraina ini memiliki dampak, salah satunya adalah dampak terhadap ekonomi, baik untuk Rusia sendiri maupun dunia. Perekonomian Rusia memasuki resesi karena rendahnya upah rill yang memotong pengeluaran konsumen dan investasi akibat oleh sanksi Internasional akibat perang terhadap Ukraina, dan perekonomian Rusia sendiri sepertinya tidak akan mengalami peningkatan pesat dalam waktu yang dekat, menurut seorang pakar. Secara ekslusif kepada Anadolu pada peringatan pertama dari perang, Heli Simola yakni ekonom senior Bank of Finland menekankan bahwa prospek ekonomi Rusia sangat memburuk pada tahun lalu dan PDB-nya diperkirakan dapat terus menurun .
"Potensi pertumbuhan juga lemah dalam jangka Panjang. Bahkan sebelum perang, potensi pertumbuhan PDB Rusia cukup rendah untuk negara dengan tingkat pendapatan Rusia sekitar 1,5% per tahun," tambahnya. Bank dunia memperkirakan bahwa ekonomi Rusia akan berkontraksi sebesar 3,3% tahun ini, karena embargo minyak UE diterapkan sepenuhnya dan ekspor gas alam akan berkurang karena penghentian pengiriman Rusia ke UE melalui pipa Nord Stream 1. Dalam jangka Panjang inilah potensi dari pertumbuhan Rusia kemungkinan besar akan berkurang akibat perang dan dampaknya karena transfer teknologi akan terbatas. Oleh karena itu, pertumbuhan produktivitas akan melambat, investasi tetap akan terhambat dan emigrasi akan terus menguras sumbe daya manusia, menurut Bank Dunia.
Negara-negara Barat sudah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan sekutunya Belarus pada perang di Ukraina dengan tujuan menekan Rusia untuk mengakhiri permusuhan dengan mengurangi kapasitas Kremlin untuk membiayai perang dan membatasi akses industri militer terhadap teknologi. Sanksi keuangan telah membekukan sekitar setengah cadangan devia Rusia termasuk juga sebagiam besar asset likuid dana minyak Rusia dan secara substansial membatasi akses Rusia terhadap pendanaan luar negeri, sehingga menjadikan negara tersebut lebih rentan terhadap guncangan eksternal.
Simola menyoroti bahwa pembatasan impor dari Rusia memiliki dampak yang terbatas pada tahun lalu karena masa transisi yang panjang dan peralihan ekspor ke pasar baru. Pembatasan impor UE bersama dengan mekanisme pembatasan harga UE dan G7 pada minyak mentah Rusia mulai berlaku pada bulan Desember 2022 dan produk minyak bumi pada bulan Februari 2023, kenangnya. Meskipun ekspor minyak menurun ke UE hingga batas tertentu pada tahun lalu, ekspor dialihkan dengan harga diskon ke pembeli di luar Eropa yaitu seperti India dan Tiongkok, kata Simola.
Selain itu, Rusia dan Ukraina dikenal sebagai salah satu pemasok hasil agrikultur dunia dengan total produksi sebesar 29% gandum, 19% jagung, dan 78% minyak bunga matahari dari kebutuhan global. Data dari World Resources Institute menyatakan bahwa sejak agresi Rusia, harga gandum dan jagung dunia naik sehingga 41% dan 28%. Sementara itu, peneliti dari Center for Indonesian Policy Studie (CIPS) menyebut bahwa Rusia adalah eksportir utama minyak bumi, gas alam, dan potash. Rusia juga menjadi salah satu produsen pupuk yang cukup besar. Dengan adanya perang antara Rusia dan Ukraina tentu menjadi permasalahan global dikarenakan perang keduanya sebagai salah satu pemasok produk agrikultur kebutuhan dunia.
Secara langsung, perang ini akan menghambat proses dagang kedua negara. Selain jumlah produksi yang menurun, adanya blockade pada pelabuhan yang ada di Ukraina menjadi salah satu penyebab terhambatnya proses ekspor impor dari negara ini. Pemblokiran akes ini terjadi di wilayah lepas pantai selatan Ukraina, termasuk pelabuhan utama Odesa di Laut Hitam. Perang antara Rusia dan Ukraina sudah sejak awal diperkirakan akan berdampak kepada krisis pangan dunia. Pada tahun 2022, diketahui telah terjadi peningkatan jumlah penduduk di seluruh dunia yang mengalami kerentanan pangan. Pada laporan SOFI (The State of Food Security and Nutrition in The World) 2022.
Seperti yang diketahui pula, bahwa Rusia merupakan salah satu penghasil gas bumi dan potash yang merupakan bahan pembuatan pupuk. Dengan terhambatnya ekspor pupuk, Rusia turut menyumbang minimnya pasokan pupuk bagi agrikultur dunia. Keterkitan antara perang Rusia dan Ukraina terhadap ketidakstabilan suplai bahan pangan adalah hal yang nyata. Adanya perang ini berkecamuk dan sulitnya ekspor produk agrikulutur khususnya gandum dan serealia telah memicu sejumlah pembatasan ekspor produk pertanian di negara lain, yaitu seperti India yang sempat memberlakukan pembatasan ekspor gandum dan gula. Terbatasnya suplai bahan pangan membuat harga pangan dunia melonjak. Kenaikan harga pangan dan komoditas terkait kondisi keamanan dunia yang terganggu akhirnya menyebabkan inflasi yang cukup tinggi.
Meskipun insiatif internasional untuk mengatasi krisis pangan sangat penting dan utama, pasokan suplai pangan global dan ketidakamanan pangan masih tidak pasti. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini usaha mengatasi masalah keamanan pangan masih berupa solusi jangka pendek saja. Belum diketahui berapa lama tekanan internasional dan sanksi pada Rusia akan mampu menghentikan perang. Berapa lama uaha internasional agar bisa membuka ekspor biji-bijian Ukraina dan butuh berapa banyak yang bisa disediakan untuk bisa mempengaruhi suplai dan harga pangan global.
Solusi terkait ketidakamanan pangan tentu saja tidak bisa hanya sekedar diatasi dengan pembukaan akses pasar bebas saja. Kemungkinan dengan terjadinya perubahan cuaca dan iklim inilah akan berdampak kepada hasl agrikultur dunia pada musim panen mendatang. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan lebih lanjut lagi untuk mengatasi masalah dari ketidakamanan ini, baik terkait secara langsung dengan adanya perang maupun dapat disebabkan oleh faktor lain.