Sementara itu, Ustaz Malik merasa terpojok. Ia dikecam banyak pihak karena ucapan kasarnya. Dalam sebuah wawancara, ia mencoba membela diri. Â
"Saya tidak bermaksud menghina. Saya hanya bercanda," katanya. Â
Namun, publik tidak puas dengan alasannya. Akhirnya, Ustaz Malik datang kembali ke desa itu untuk meminta maaf langsung kepada Pak Sunarto. Â
"Pak Sunarto, saya minta maaf atas kata-kata saya waktu itu. Saya tidak seharusnya berkata begitu," ujarnya dengan nada menyesal. Â
Pak Sunarto tersenyum tulus. "Tidak apa-apa, Pak Ustaz. Gara-gara ucapan Bapak, saya malah jadi lebih dikenal dan dibantu banyak orang. Mungkin ini cara Allah menunjukkan rencana-Nya." Â
Sejak kejadian itu, Pak Sunarto menjadi simbol semangat dan ketulusan. Gerobak barunya dihiasi tulisan besar: "Es Serut Pak Sunarto Dibuat dengan Hati" dan setiap harinya, antrean panjang selalu mengular. Dari hinaan, datanglah keberkahan yang tak terduga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H