Mohon tunggu...
Alifatul Haniah
Alifatul Haniah Mohon Tunggu... Lainnya - Halo saya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Indraprasta PGRI

Setiap hari aku berpikir bagaimana agar terus hidup. Tapi aku lupa bahwa hidup itu sendiri adalah berpikir. ~ Alifa ~

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pasar Sabtu Bersama Meli

3 Maret 2024   14:58 Diperbarui: 3 Maret 2024   14:59 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Sabtu Bersama Meli
Oleh: Alifatul Haniah

Aku dan Meli bukanlah tetangga dekat. Kami sudah berkawan lama sejak awal perkuliahan, meskipun aku merasa kami mulai begitu dekat di semester tiga mungkin ? Aku tidak tahu pasti, tapi yang jelas hingga hari ini kami semakin dekat. Meskipun banyak sekali perbedaan terlanjau di tengah kami, aku menyadari itu bukan suatu masalah besar. Bukan karena aku yang tidak punya selera, namun terkesan apatis terhadap berbagai hal, sehingga sering kali dia meyakinkanku dengan perspektifnya yang masuk akal dan bisa aku terima sehingga membuatku tak ayal lagi. 

Mungkin itu juga tujuan Tuhan menjadikan kami begitu dekat untuk saling mengingatkan. Dia selalu tau bagaimana cara berpenampilan yang sederhana namun terkesan mahal, dia tahu bagaimana memperkirakan warna baju mana yang cocok dengan warna kulit, dia tahu model kerudung mana yang mudah diatur, segalanya sesuai perhitungan dan tepat. 

Hari ini tanpa rencana dan begitu tiba-tiba dia mengajakku mengelilingi pasar tekstil terbesar se-Asia atau sering dijuluki juga Pasar Sabtu. Mencari-cari baju atau bahan impian yang akan kita kenakan pada hari bahagia nanti, hari kelulusan kami atau sering kami sebut wisuda sebagai tanda perayaannya. Berjalan ke sana ke sini memilih dan mempertimbangkan mana yang paling sesuai dengan hati. Satu toko, dua toko, bahkan puluhan toko sebenarnya sudah kita lewati. Sampai juga pada tujuan, baju kebaya, kain songket dengan bahan yang ciamik. 

Belum puas lagi kami juga mencari kerudung yang senada, bahan kerlap-kerlip untuk pundak, dan terakhir sendal atau sepatu aku tidak tahu termasuk jenis yang mana, tapi yang jelas pakaian untuk kaki yang kami temukan dipenghujung belanja kita hari ini. Kau tau ? Betapa lelah dan lenguhnya kaki ini, tapi semua itu hilang seketika aku menyadari lebih banyak senang yang ku dapat. Meski sesak, meski penuh, meski ramai, kita tetap melaju ke mana yang kita inginkan, hingga semua terpenuhi dan kami beranjak pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun