Mereka berkumpul di suatu kamar pada sore hari karena memenuhi undanganku. Mereka sedang memperbincangkan sebuah topik. Dengan musyawarah yang agak kaku karena aku sebagai pemimpin rapat masih dibungkam perasaan malu, mereka (peserta rapat) bertanya-tanya. "Sebenarnya, ini rapat apa? Kalau nggak serius, apalagi main petak umpet, mending hentikan aja." Peserta rapat kelihatan kesel hampir naik pitam. Aku malu harus blak-blakan. Ruangan menjadi semakin riuh dan gaduh dengan suara yang muntah tak dapat dibendung. Sampai seorang peserta rapat yang mulai tadi diam saja dan hanya ikut arus berusaha menjelaskan inti dari rapat ini. Dia bilang, "Sebenarnya inti dari apa yang disampaikan panjang lebar oleh pemimpin rapat barusan, tak lebih hanya rencana perayaan hari ulang tahun kekasihnya, Kayla."
"Hem-hem-hem... Nah gitu. Baru aku ngerti," celetuk sebagian peserta rapat yang lain.
Di atas kebingungan yang memudar, saatnya memperbincangkan bentuk perayaan yang dimaksud. Pelbagai usulan disampaikan dengan nada yang berbeda, rendah-pelan atau cepat-tergesa-gesa. "Gimana kalau begini?" usul sebagian peserta rapat. Kukoleksi pendapat-pendapat mereka. Akhirnya, disepakati bahwa perayaan itu dibentuk dengan beberapa komponen; roti yang bundar serta ditulis nama "Happy Birthday, Kayla", lilin yang berbentuk angka 1plus 8 (18) untuk menunjukkan angka usia dia sekarang, beberapa batang lilin untuk dibuat tulisan I love you(I, "love" berbentuk waru, dan "you" disimbolkan dengan huruf 'U'), dan satu kamera untuk dokumentasi baik dengan foto-foto dan video.
Beberapa detik kemudian, salah satu dari peserta rapat berucap dengan nada terbata-bata. "Trus, untuk... konsumsinya?" Mendengar celetukan itu, aku tidak menampik. Bahkan dengan nada pelan aku menjelaskan, "Jangankan hanya konsumsi, apa pun yang dibutuhkan untuk perayaan ini, insya Allah aku siap membiayai. Pokoknya berikan yang terbaik sehingga acara ini berjalan sukses."
Pada Malam Selasa tanggal 9 September 2013 M. semua kebutuhan dipersiapkan. Aku dan temanku pergi ke pasar Ganding untuk shopping. Segala kebutuhan dibeli, mulai roti sampai lilin dan topi yang dipakai pada saat perayaan ulang tahun ini berlangsung. Kurasa menarik plus capek dikit. Tapi, ada yang terkesan sampai sekarang pada saat berada di pasar,yaitu beli lilin dengan angka 8. Sungguh sulit ditemukan angka tersebut, sampai segala lilin yang berbentuk angka diseleksi tapi kecele. Alternatif, angka sembilan, menurutku, dimodif sedemikian rupa sehingga membentuk angka delapan. Sudah hampir diputuskan, tapi karena masih dipertimbangkan lebih untuk memperluas tempat shoppingke toko-toko yang lain, penetapan alternatif ini masih ditangguhkan sementara. Kalau di beberapa toko yang berada di sekitar pasar Ganding tak ditemukan angka 8, angka sembilan adalah alternatif yang paling terakhir.
Kita berdua menuju toko tingkat di samping kanan pertigaan pasar itu. Di sana pertanyaan disodorkan. "Jual lilin untuk ulang tahun, pak?" tanyaku pada salah satu penjual yang sibuk melayani pembeli. "Kalo, di sini tidak ada. Tapi, coba tanya di atas sana. Insya Allah tersedia," ucapnya sembari mengarahkan telunjuknya ke toko yang dituju. Dengan ucapan terima kasih kita meninggalkan toko dengan pelan dan menuju ke toko yang ditunjuk penjual tadi. Perasaan optimis masih tetap mendekap di dalam hati. Sungguh perjuangan. Kalau bukan karena cinta yang momotivasi, perasaan capek akan mengekang kaki untuk melangkah. Belajar di pondok, mungkin, pilihan yang terbaik.
"Buk, jual lilin untuk ulang tahun?" tanya temanku tiba-tiba.
"Ada," jawabnya, "bisa pilih ini atau itu." Si penjual perempuan itu menunjukkan macam lilin yang masih tertata rapi di dusnya.
"Butuhnya hanya lilin yang berangka 1 dan 8," ucap temanku kelihatan jadi beli. Dia semakin semangat mencari angka itu. Agak sedikit lama acak sana-sini, mulutku nyeletuk, "Ada ya, buk?" Dia tak menghiraukan pertanyaan yang muntah dari mulutku. Dia tetap mengacak tatanan lilin.
"Kelihatannya...." Dia kelihatan pening dikit untuk menjawab "ia" atau "tidak."
"Nih, ada. Tapi, hanya satu lilin untuk angka delapan." Dia berujar kemudian dengan muka riang.