Mohon tunggu...
Alif Al-Fattah
Alif Al-Fattah Mohon Tunggu... Mitra PayTren; English Trainer; University Student -

Author, Bookish, Traveller, Businessman, and English Trainer. Instagram: @alif_alfattah | WA: 087850099453

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiga Tips Memikat Hati Perempuan

3 Juni 2017   21:29 Diperbarui: 3 Juni 2017   21:50 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Allah swt berfirman: …dan diciptakan darinya (satu jiwa) pasangannya… (Al-Qur’an s. An-Nisa’ a. 1). Tahukah Anda maksud Tuhan dalam penggalan ayat ini? Yang jelas, diciptanya pasangan untuk manusia. Jika Anda seorang lelaki, tentu di situlah Allah swt. ciptakan seorang gadis sebagai istri/pasangan Anda nanti.  

Merujuk pada Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini ditafsirkan bi al-ra’yi: “Lafal zaujaha (pasangannya) berarti Hawa yang tercipta dari tulang rusuk kiri Nabi Adam yang dalam keadaan tidur. Saat bangun, beliau melihat Hawa, lalu ia (Hawa) terkejut. Terus, beliau (Adam) menyukainya, dan ia (Hawa) suka pula.” Penciptaan Hawa dari rusuk kiri Nabi Adam adalah hubungan simbiosis mutualisme. Kendati tulang itu tiada, beliau rela. Sebab, ketiadaannya tak dapat ditukar dengan kehilangan Hawa dari sisi beliau. Cinta tak ada logika—menyitir kata-kata Agnes Monica.

Adalah suatu keniscayaan interaksi keturunan Adam dan Hawa hingga sekarang tiada henti mabuk cinta. Klise. Apalagi mereka menginjak masa remaja: kesukaan pada lawan jenis bersifat pasti. Mustahil alias “modus” mengaku “biasa-biasa saja” melihat lawan jenis: tidak suka, tidak tertarik, lebih-lebih tidak cinta. Anda termasuk generasi ke generasi yang mengenyam romansa Nabi Adam dan Hawa.

Jika cinta itu niscaya, tentu itu hukum alam (sunnatullah). Masalahnya, Anda layaknya Nabi Adam yang sebagian rusuk Anda tidak utuh lagi karena dijadikan bahan penciptaan pasangan Anda. Sayang, Anda sendiri tidak tahu siapakah orang itu. Baru tahu, apabila pasangan itu jelas-jelas jadi istri Anda sepanjang masa.

Anda yang masih bujang tentu dalam tahap pencarian seperti Nabi Ibrahim mencari Tuhan. Ke sana ke mari Anda berijtihad. Menentukan ini atau itu, bukanlah soal sepele, melainkan butuh pengorbanan. Adakalanya, perjuangan ini berakhir manis: senada dengan pepatah, pucuk dicinta ulam tiba. Adakalanya, perngorbanan ini berujung pahit: sungguh itu menjadi petaka yang menyayat hati nan menyakitkan. Demikian, potret perjuangan sang pencinta; sukses dan gagal tampil saat finis.

Mencari yang satu (pasangan Anda) sering bikin senewen. Anda tak ubahnya Romeo yang majnun pada Juliet; Zainuddin yang semaput karena dihianati Hayati; dst. Jika Anda seorang perempuan, saya pikir, tak jadi soal. No problem. Yang malu-memalukan jika yang senewen itu seorang lelaki. Anda tahu? Laki-laki dicipta berbeda daripada perempuan: laki-laki adalah makhluk yang kuat—baik mental maupun tubuh—daripada perempuan. Sebuah petikan kalam-Nya: Laki-laki menjadi pelindung bagi perempuan. Benar, kan? Tak perlu kaget lagi. Tuhan menjadikan laki-laki sebagai qawwamun (pelindung) karena dua alasan: [1] Allah swt telah melebihkan laki-laki atas sebagian yang lain (perempuan). [2] Sebagian hartanya laki-laki telah diberikan kepada perempuan (saat terikat dalam tali pernikahan) (baca Al-Qur’an s. An-Nisa’ a. 34).  

Apalagi Nabi Muhammad bersabda tegas: Lan yufliha qawmun wallaw amrahum imraatan (Tidak akan berhasil suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada perempuan).

Uuups, saya mengutip sebagian ayat dan hadits tersebut bukan bermaksud memojokkan kaum perempuan. Sama sekali tidak. Kendati saya seorang lelaki, saya masih menghargai kualitas ciptaan Allah, baik laki atau perempuan, dalam menyulam mimpi-mimpi untuk masa depan, misalkan, ingin jadi presiden, penulis, politikus, dst. Hanyasanya, kutipan tersebut sebagai bentuk kritik bagi laki-laki yang suka merengek dan membebek.

Coba Anda baca dalam Al-Qur’an kisah Nabi Yusuf dan Nabi Sulaiman!

Dikisahkan Ratu Balqis di negeri Saba’ hidup kaya raya. Punya singgasana megah. Kerajaan Sabaiyah. Di situlah ia dikelilingi para pembesar—saya boleh menyebutnya para bodyguard. Tapi, Nabi Sulaiman sedikit pun tak pernah kikuk dan keder. Sebuah surat dikirim kepada Balqis.

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Janganlah engkau berlaku sombong kepadaku dan datanglah kepadaku sebagai orang yang berserah diri. (Al-Qur’an s. An-Naml a. 30-31).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun