Mohon tunggu...
ALIFAH TESHA NUR SABRINA
ALIFAH TESHA NUR SABRINA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hafizh On The Street

Tidak akan yang pernah tahu jalan mana yang membawamu ke tujuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

We Tried, We Fail, We Understood and at Least, We Learn Something Different

14 Desember 2024   02:54 Diperbarui: 14 Desember 2024   14:25 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis, 2024

Saat jadwal bertugas di bagian pelayanan, saya bisa cukup percaya diri menjelaskan mengenai alur klaim manfaat, syarat-syarat atau membimbing registrasi akun Jamsostek Mobile (JMO).

Meski sesekali saya tetap memberikan tatapan minta bantuan kepada teman saya saat menghadapi situasi yang cukup sulit untuk saya tangani sendirian. Kemarin, rasanya saya sendiri cukup heran apakah benar-benar saya yang bertindak atau bukan.

Seorang peserta datang ke kantor bersama istri dan anaknya, hendak melakukan pencairan Jaminan Hari Tua (JHT). Namun, proses pencairan JHT belum bisa dilakukan sebab status kepesertaan beliau masih dalam masa tunggu.

Biar saya ceritakan sedikit mengenai hal ini. Klaim manfaat JHT pada dasarnya bisa dilakukan setelah pekerja berhenti dari instansi tempat bekerja, tidak dibatasi prasyarat usia sebagaimana berlaku pada Jaminan Pensiun (JP).

Namun, klaim manfaat baru dapat dilakukan sebulan setelah peserta dilaporkan perusahaan telah berhenti dan kepesertaan dinyatakan nonaktif pada sistem. Untuk jumlah saldo di bawah 10 juta, peserta bisa melakukan klaim mandiri di aplikasi JMO sementara lebih dari itu harus mendatangi kantor untuk memproses pengajuan.

Meski begitu, saya bisa melihat bahwasanya istri dari peserta tidak terlalu merasa kecewa akan hal tersebut dan antusias bertanya mengenai kelengkapan persyaratan pengajuan klaim. Ada kelegaan dan perasaan saya menjadi lebih baik setelah menanggapi beberapa pertanyaan beliau.

Rupanya hal-hal sederhana inilah yang bisa mengobati rasa lelah mayoritas pekerja di bidang pelayanan masyarakat. Dengan pengalaman magang saya sebelumnya di fakultas yang cenderung lebih banyak berinteraksi secara daring, ada beberapa perbedaan yang cukup kentara dan salah satunya seperti ini.

Penghujung magang ini memperluas konsep pemikiran saya mengenai perjalanan kuliah. Ada perkataan sinis yang pernah saya dengar selama magang, 'jurusan kuliah tak menjamin pekerjaan'. Bukannya demikian dari awal? Pernahkah ada jaminan dari selain Sang Pencipta yang akan benar-benar aman dan terlaksana?

Tidak, bahkan manusia hanya ditakdirkan untuk taat sementara sisanya adalah hal-hal penuh ketidakpastian sebab keterbatasan dan ketidakberdayaan manusia. Tapi fokusnya adalah bagaimana kuliah membentuk pola pikir, kemudian masa magang akan menempa dan mempersiapkan kami untuk memberi gambaran sebagaimana dunia kerja yang nantinya kami hadapi. 

Bukan jurusan yang menjamin, tapi apakah dengan panjangnya perjalanan kami belajar, kami bisa meningkatkan kapabilitas kami, semakin berilmu maka semakin berbudi.

Di kalimat ini, saya kemudian teringat perkataan dari dosen pembimbing kami di kedua kalinya beliau melakukan supervisi ke tempat magang. Intinya, apa-apa yang kita kerjakan bukan kesempurnaan tanpa celah yang dituntut. Dan di sinilah saya mencoba bercerita. Dengan tidak dipusingkan memikirkan diksi-diksinya, tidak terikat dengan aturan poin-poin apa saja yang kiranya bisa saya masukkan untuk mendapat nilai yang cukup, tidak memikirkan terlalu kaku membangun gambaran sosok yang ingin saya tunjukkan dalam cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun