Mohon tunggu...
Alifah Saleha
Alifah Saleha Mohon Tunggu... -

hanya mahasiswa biasa yang mengungkapkan pikirannya lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Baru, Belum Matang Sudah Dipanen

31 Agustus 2014   01:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:03 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kurikulum 2013,Merupakan langkah baru dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bahan materi untuk mengantarkan siswa/i Indonesia untuk bersaing di dalam dunia pendidikan masa kini.Dalam perjalanannya siswa/i dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi.Namun pada kenyataannya,Kurikulum ini dinilai tidak dipersiapkan secara matang dan cenderung terburu-buru,baik dari segi materi,psikologi,serta sarana dan prasana yang menunjang.

Siswa dituntut aktif dalam berdiskusi dan presentasi sedangkan Buku-buku penunjang  yang dijanjikan akan diberi secara gratis ini ,tidak  kunjung didapat oleh siswa. Akibatnya tidak hanya disekolah, di rumah pun siswa kebingungan untuk belajar, siswa hanya bisa mengulang kembali pelajaran yang dipelajari di sekolah tadi.Selain itu waktu belajar siswa ditambah sedangkan materi pembelajarannya dikurangi. Para guru dituntut  menguasai materi diluar materi yang telah dikuasainya. Namun sayang, buku-buku sebagai pendamping  dalam mengajar belum juga sampai ketangan guru.

Memang saat ini zaman sudah modern, teknologi sudah canggih siswa dan guru bisa mencari materi secara online melalui internet, membeli buku diluar sekolah, guru pun bisa belajar materi baru  diluar bidang  yang dikuasainya, kegiatan siswa diluar  jam sekolah bisa dikurangi. Tapi, bagaimana dengan siswa yang tidak  mampu untuk membeli buku diluar sekolah atau ke warnet untuk mencari materi yang sedang dipelajari ? untuk kebutuhan sehari-hari saja pas-pasan dan bisa dibilang kurang. Kementrian mengakui adanya keterlambatan distribusi buku ke sekolah-sekolah namun tidak bisa memastikan kapan buku itu akan didistribusikan, ini merugikan siswa yang dituntut untuk  memahami materi  dan tetap harus melaksanakan ujian sekolah. Sedangkan guru di Indonesia masih banyak  yang belum melek internet atau gaptek, sehingga sulit untuk  mencari informasi di dunia maya. Guru pun banyak yang belum di training tentang  cara pembelajaran kurikulum 2013  ini, kalaupun sudah training dilakukan hanya sekali selama seminggu.  Belum lagi cara belajar kurikulum 2013 yang memakai sistem diskusi dan presentasi, Siswa dituntut untuk berdiskusi dan mempresentasikannya secara berkelompok ,guru pun dinilai pasif dalam memberikan pengajaran yang hanya memberi tanggapan atas apa yang sudah dipresentasikan oleh murid, setelah itu murid diberikan tugas dan harus aktif mencari jawaban sendiri, Dan jika dilihat kenyataannya ada siswa yang mengandalkan temannya yang lain untuk mengerjakan tugas kelompok tersebut dan bahkan ada juga yang hanya meng-copas tugas dari internet tanpa dibaca ulang atau diperbaiki,Hal ini dinilai belum pas untuk pendidikan indonesia khususnya di daerah pelosok ,karena banyak siswa yang belum memiliki alat komunikasi dan informasi yang canggih seperti anak-anak kebanyakan di kota besar.

Selain itu masalah waktu pembelajaran yang ditambah juga perlu ditimbang lagi. Bagaimana jika ada murid yang biasanya membantu orang tua mencari uang sebelum atau setelah pulang sekolah, hal ini harus dilakukan siswa tersebut untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, bahkan siswa yatim-piatu yang mau tak mau harus mencari uang untuk kebutuhan hidupnya. Memang tak dapat dipungkiri masih banyak siswa di Indonesia yang berada digaris kemiskinan. Dari segi psikologi anak pun terlalu lama jam belajar akan membuat lelah fisik maupun jiwa ,Pasalnya, siswa pulang sore dan masih dituntut untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang dibawanya dari sekolah.

Belum matangnya perencanaan sarana dan prasarana dari k-13 ini perlu ditinjau dan diperbaiki lagi. Bagaimana guru aktif memberikan bimbingan dan bagaimana murid mau dan ikut ambil bagian dalam melaksanakan tugas-tugas yang  diberikan oleh guru tanpa paksaan. Memang niat menteri pendidikan baik  mengajak siswa lebih berpikir kreatif dan aktif pada  bidang akademik. Namun, pengembangan pribadi siswa di bidang non-akademik  juga diperlukan bukan? Dan masih banyak hal yang harus di kembangkan dan diperhatikan dalam mengembangkan k-13 ini, oleh sebab itu mari kita terus dukung dan perhatikan jalannya pendidikan  di Indonesia agar  mencetak siswa-siswa yang berprestasi demi Indonesia yang lebih baik lagi.As

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun