Yogyakarta selain kaya akan sarana pendidikan seperti sekolah-sekolah serta kampus dan akhirnya menjadikan Yogyakarta sebagai kota pelajar, Yogyakarta juga kaya akan tempat pariwisata dan kulinernya. Kota ini selalu menjadi tujuan destinasi para wisatawan disaat liburan, wisatawan lokal maupun internasional. Tempat wisata di Yogyakarta selalu mendapatkan perhatian khusus dari kalangan wisatawan, sebab dari ujung barat hingga ujung timur ada tempat- tempat pariwisata yang dapat memikat hati para wisatawan, sehingga membuat mereka ingin mengunjunginya. Contohnya, ada banyak canci-candi, pantai, taman, dan tempat wisata buatan lainnya.
Selain kaya akan desntinasi wisata, Jogja juga kaya akan makanan kuliner. Umumnya para wisatwan mengenal makanan khas Jogja adalah gudeg dan bakpia pathuk, dua makanan inilah yang banyak dicari para wisataman lokal maupun internasional jika pertama kali berkunjung ke Yogyakarta. Akan tetapi, bagi para wisatawan yang sudah berlangganan ke kota Jogja untuk liburan atau ada tugas kantor dan bagi para pendatang seperti mahasiswa, pekerja, pastinya lebih tau banyak mengenai kuliner di Jogja ini, yang mana kuliner di Jogja tidak hanya seputar gudeg dan bakpia pathuk.
Bagi saya seorang pendatang sebagai mahsiswa selama kurang lebih 5 tahun di Jogja banyak keunikan yang saya temukan dalam hal kuliner di kota ini. Ada beberapa kuliner malam yang memang bukanya setiap sore hari menjelang petang jam 17.00 hingga subuh 04.00, ada juga beberapa tmpat kuliner yang 24 jam, dan masih banyak lagi tempat-tempat kuliner unik, asyik serta rasanya sungguh nyaman. Selama kurang lebih 5 tahun berada di kota istimewa ini ada beberapa kuliner yang saya pernah kunjungi dan saya nilai lumayan enak dari segi rasa seperti nasi goreng sapi kotabaru, gudeg sagan, soto sampah, gudeg bromo, bebek diarea YKPN yang bukanya setiap jam 21.00 malam, nasi rames malam hari di daerah Gejayan, gudeg permata, mangut lele, sate klatak, bumi langit di Imogiri, tengkleng gajah, ayam geprek, bakmi mbah mo, bakmi jawa duajaman, dan masih banyak lagi tempat-tempat kuliner yang lainnya, seperti caf-caf yang sangat cocok untuk kaula muda.
Beralih dari kekaguman dan kenyamanaan berada di kota pelajar ini, ada beberpa hal yang sangat disayangkan oleh saya. Yaitu, kurangya keterangan serta kejujuran dari pada penjual makanan, apakah benar makanan yang mereka jual dan mereka produksi sudah aman dan "halal"?. Hal ini sangat disayangkan, karena Yogyakarta merupakan tempat para wisatawan untuk berlibur. Kurangnya penegasan dan perhatian mengenai halal food diyogyakarta ini seharusnya menjadi evaluasi bagi pemerintah, pemegang kebijakan setempat, dan penggerak ekonomi syariah untuk sigap dalam kasus ini. Faktanya, beberapa minggu yang lalu saya melihat berita disalah stasiun TV yang memberitakan ada beberapa oknum yang masih menjadikan daging yang haram khususnya bagi kaum muslim, untuk dijadikan bahan baku dalam pembuatan tengkleng dan bakso. Masalah seperti ini bukan pertama kalinya saya mendengar desas desus bahwa masih banyak tempat makan di Yogyakarta yang masih belum halal.
Sungguh sangat disayangkan jika pengawasan mengenai "food safety dan halal food" masih belum digalakkan. Kehalalan suatu makanan tidak hanya dilihat dari satu sisi yaitu, bahan baku yang digunakan untuk memproduksi makanan tersebut, tetapi juga proses yang dilakukan dalam memproduksi makanan tersebut. Tempat yang digunakan sudah bersihkan, bahan yang digunakan bebas dari zat kimia yang kurang aman bagi tubuh manusia, dan masih banyak aspek-aspek lainnya. Kedua aspek inilah yang terkandung dalam makna halalan toyyiban.Mengingat bahwa Indonesia merupkan negara dengan jumlah kaum Muslim terbesar di dunia, sehingga masalah ini merupakan masalah yang cukup serius.
Banyak harapan yang kita harapkan kepada pemerintah setempat dan pemangku kebijakan untuk lebih memperhatikan food safetydan halal food di Indonesia khususnya kota Yogyakarta. Jika kita melirik kebeberapa negara yang notabennya bukan negara muslim, seperti jepang, singapore, mereka sudah memberikan perhatian khusus mengenai halal tourism dan halal food. Sehingga kondisi seperti ini memudahkan kepada para wisatawan muslim yang ingin menikmati makanan khas negara lain dengan penuh rasa nyaman dan aman. Dibeberapa negara lain, jika kita tiba di bandara, pasti kita langsung diberikan pedoman tourism seperti peta kota, destinasi kuliner dengan keterangan halal atau non halal. Hal seperti inilah yang mungkin diharapkan agar semua kalangan masyarakat khususnya kaum muslim bisa mengkonsumsi dengan nyaman dan aman, "halalan toyyiban". Pengawasan mengenai security food, safety food dan halal food tentunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H