Kurang dari satu minggu hingga kita menjumpai pilkada yang akan dilaksanakan serentak pada hari Rabu, 15 Februari 2017. Apakah rakyat sudah mantap dan siap untuk memilih? terlepas dari siap-tidak siap, kita sebagai rakyat indonesia, khususnya DKI Jakarta memang harus siap untuk menghadapi pilkada 2017. Menurut saya pribadi, pilkada DKI tahun ini banyak dibayangi oleh isu sara dan berita hoax yang tersebar dimana-mana.
P)ertama dan paling parah adalah isu SARA. ya, karena ucapan pak Ahok yang menyangkut tentang ayat di dalam Al-Quran itu membuat sebagian masyarakat Indonesia (iya, masyarakat Indonesia, bukan hanya penduduk DKI Jakarta) murka dan menganggap bahwa Ahok adalah penista agama. Padahal, menurut saya, jika saja orang-orang tidak selalu membawa-bawa masalah ayat tersebut ke dalam pilkada, tentu pak Ahok tidak akan mempermasalahkan hal itu. ibaratnya, Ahok yang tadinya diam saja dan tidak pernah menyangkut-pautkan isu agama di dalam pidatonya tentu tidak akan membawa-bawa masalah ayat itu ke dalam pidatonya, kan?Â
Saat Ahok mulai menyalonkan diri sebagai Gubernur DKI untuk yang kedua kalinya, sebagian besar masyarakat mulai menyerangnya dengan membawa dan mengutip ayat tersebut. kesalahan pak Ahok disini hanya oleh isu tersebut. seandainya dia merisaukan isu itu, mungkin tidak akan terjadi demo besar-besaran seperti yang sudah terjadi beberapa bulan yang lalu. dan setelah video pak Ahok yang sedang berpidato di pulau seribu itu tersebar, mulailah muncul berita-berita hoax tentang dirinya. yang sangat saya sayangkan disini adalah: sebagia besar masyarakat PERCAYA pada berita hoax tersebut. banyak dari mereka percaya bahwa Ahokitu begini, Ahok itu begitu, tanpa memverifkasi dan mencari kebenaran dari berita yang mereka lihat atau dengar. apakah mereka terlalu malas untuk mencari tahu, hingga memilih untuk menelan bulat-bulat apa saja yang mereka lihat, dengar dan baca di media sosial?Â
Lalu, tentang paslon no. 1, yaitu Agus H. Yudhoyono yang dianggap sebagai perpanjangan kaki tangan dari ayahnya (mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono). yang saya sayangkan dari Agus adalah, dia rela meninggalkan karirnya di TNI (yang sudah sangat gemilang) demi menjadi gubernur DKI Jakarta. saya kecewa karena menurut saya, karir Agus di TNI sudah sangat bagus, untuk apa meninggalkannya? saya juga kurang sreg dengan beberapa perkataan dan pernyataan agus selama masa kampanye. menurut saya, caranya dalam berkampanye dan menjawab beberapa pertanyaan media masih kurang bijak dan kurang dewasa. rencana-rencana yang dia canangkan pun masih banyak yang tidak masuk akal.Â
Tentang calon wakil gubernur nomor 1, Sylviana Murni, saya juga merasa dia masih belum tepat untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta, terlihat dari caranya menjawab pertanyaan pada saat debat. Sylvi juga terkait dalam kasus dugaan korupsi dana  bansos pramuka. Selain kasus dugaan korupsi dana bansos pramuka, Sylviana juga diduga terlibat kasus korupsi dana Masjid Al Fauz di Jakarta Pusat. Namun untuk kasus yang terakhir disebut, penyelidikan masih didalami kepolisian. tetapi bagaimanapun para pendukung paslon nomor 1 tetap mengelu-elukan mereka. menurut saya, kasus dugaan korupsi yang dialami bu Sylvi ini menjadi salah satu nilai minus di mata saya.
Terakhir ada pasangan calon nomor 3, yaitu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. menurut saya, pak Anies dan pak Sandi sangat fokus kepada program-program mereka. sayangnya saat mereka menyanpaikan data-data, data yang mereka sampaikan kurang valid. sehingga banyak netizen (termasuk saya) yang menilai bahwa pak Anies dan Sandi harus lebih giat dalam mencari data untuk disampaikan demi menunjang perkataan mereka soal program-program yang akan mereka jalani.Â
Harapan saya, semoga masyarakat pintar dalam memilah berita, tidak menerima berita-berita hoax. dan siapapun yang terpilih sebagai Gubernur-Wakil gubernur DKI Jakarta nanti, dapat membuar Jakarta lebih baik lagi. Karena Indonesia adalah ibukota negara Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI