PERALIHAN WAKTU (Maghrib)
Oleh Kelompok 3
Dalam sejarah konsep waktu dibagi menjadi 4, yaitu
Perkembangan (contoh: sistem pemerintahan demokrasi, teknologi)
Pengulangan (hari ulang tahun)
Kesinambungan (patrimonialisme pemerintahan didasarkan kekuasan pribadi)
Perubahan atau peralihan (siang ke malam)
Waktu memiliki 2 makna, yaitu Denotatif, makna sebenarnya (detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun) dan Konotatif (konsep waktu peristiwa dim bahasa kias, waktu mengalir, berjalan, menghabiskan waktu).
Petang atau Waktu Maghrib merupakan salah satu bentuk dari peralihan waktu secara denotatif, waktu Maghrib terjadi saat menjelang matahari terbenam atau dari pukul 16:00 sampai pukul 18:00. Di negara Indonesia khususnya pulau Jawa terkenal akan cerita-cerita mitos yang berkaitan dengan waktu Maghrib. Mitos adalah cerita yang belum diketahui benar atau salahnya. Mitos sering kali diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bentuk perlindungan terhadap hal-hal yang dianggap mistis.
- Sandakala adalah adalah mitos masyarakat Sunda (di Jawa: wewegombel) tentang sejenis bangsa jin atau makhluk halus. Makhluk halus ini datang ketika pergantian sore dan malam untuk mengganggu anak kecil yang masih bermain di luar rumah. Sandakala suka menculik anak-anak dan menyembunyikannya di pohon beringin, katanya ada dua kemungkinan jika anak tersebut diculik sandakala, anak tersebut menghilang selamanya atau anak itu akan bisu saat ditemukan. Kaitannya di kehidupan nyata tentang mitos tersebut agar anak-anak tidak bermain sampai malam karena rawan orang jahat dan penculikan. Selain itu, magrib adalah waktu untuk anak-anak belajar mengaji.
- Orang-orang zaman dulu meyakini bahwa menyapu di waktu magrib bisa membawa hal buruk, seperti mendatangkan kesialan dan membuang keberuntungan dalam hal rezeki. Selain itu, suara menyapu menggunakan sapu lidi cukup bising sehingga orang dulu menganggap hal tersebut bisa menarik perhatian makhluk halus. Konon, suara menyapu juga bisa mengganggu ketenangan makhluk di alam lain.
- Mitos selanjutnya yakni menutup semua wadah yang berisikan air. Ketika orang tua melarang suatu hal kerap tidak menjelaskan alasannya hanya berkata "gak ilok". Kata gak ilok = gak enak didelok dalam bahasa Jawa, yang mempunyai arti tidak enak dilihat. Tentu timbul tanda tanya besar apalagi bagi anak kecil yang rasa ingin tahunya tinggi. Sebenarnya ini bukan sekedar mitos, dalam hadist shahih juga dijelaskan bahwa wadah yang berisikan air hendaknya ditutupi karena jika tidak ditutupi maka akan diaduk-aduk dan diminum oleh setan.
Namun, dari penjabaran di atas ada pendapat dari sudut pandang ilmiah diantaranya:
- Perubahan spektrum warna. Saat magrib, spektrum warna alam berubah menjadi merah, karena pada waktu ini banyak interferens atau tumpang tindihnya dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama atau hampir sama dan dapat menimbulkan fatamorgana yang dapat merusak penglihatan kita yang memiliki frekuensi yang sama dengan jin dan iblis. Frekuensi yang sama ini membuat jin dan iblis memiliki tenaga yang kuat.
- Menurunkan daya tahan tubuh, menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dan menurunkan daya tahan tubuh. Hal ini memicu penurunan produksi insulin di tubuh, sebagai akibatnya mengganggu siklus alami tubuh
- Memicu kebingungan, banyak yg merasa sensasi tubuh aneh, kebingungan sampai hilang ingatan sementara seperti sudah mengira sudah pagi hari. kondisi ini disebabkan sang tubuh yang tidak menyadari perubahan siang serta malam, sebagai akibatnya memicu kebingungan serta daya jangan lupa.
- Bahwa tidur terlalu sore atau menjelang magrib bisa mengundang penyakit. Badan jadi terasa lemas dan pegal-pegal. Tidur menjelang maghrib bisa membentuk otot dan paru-paru jadi melemas. Sedangkan penyebab tubuh lemas ketika bangun tidur sore yaitu kurangnya asupan oksigen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H