Mohon tunggu...
Alifah Soliha
Alifah Soliha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi saya memasak, membaca novel, dan jalan jalan Cita - Cita saya menjadi Ahli gizi, Dosen, dan Chef

Selanjutnya

Tutup

Nature

Apakah Saintis Pesimis Mengatasi Pemanasan Global? Mengapa?

23 Juni 2024   07:03 Diperbarui: 23 Juni 2024   07:06 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ya, karena para saintis memiliki pandangan yang berbeda beda. Saintis pesimis memiliki pandangan yang pesimis, yaitu:

  • Laju emisi gas rumah kaca terus meningkat, dan terget yang disepakati dalam perjanjian Paris kemungkinan besar tidak akan tercapai
  • Mereka khawatir dampak perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut, peristiwa cuaca ekstrem, dan kepunahan massal, akan menjadi semakin parah dan tak terhindarkan.
  • Ketidakpedulian politik dan kurangnya Tindakan global yang ambisius juga membuat saintis pesimis.

Maka dari itu, tujuan saya membuat artikel ini untuk mengajak semua masyarakat peduli terhadap lingkungan sekitar. Bukan hanya mengandalkan saintis, tapi juga peran dari semua masyarakat untuk mengatasi pemanasan global saat ini.

Pemanasan global telah menjadi salah satu isu lingkungan yang paling mendesak di era modern ini. Meskipun ada konsensus ilmiah yang kuat tentang penyebabnya, masih ada perdebatan tentang apakah kita mampu mengatasi pemanasan global atau tidak. Dalam hal ini, ada sejumlah saintis yang pesimis dalam menyikapi masalah ini.

Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa pemanasan global disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama penggunaan bahan bakar fosil dan deforestasi. Meskipun ada upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melindungi hutan, beberapa saintis meragukan apakah tindakan ini akan cukup efektif dalam mengatasi pemanasan global. Mereka berargumen bahwa tantangan yang dihadapi dalam mengatasi pemanasan global jauh lebih besar daripada upaya yang sedang dilakukan.

Salah satu tantangan utama adalah ketergantungan global terhadap bahan bakar fosil. Meskipun telah ada dorongan untuk beralih ke sumber energi terbarukan, seperti energi matahari dan angin, sektor energi masih didominasi oleh bahan bakar fosil. 

Saintis pesimis menyebutkan bahwa perubahan sistem energi global yang diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan tidak dapat diandalkan. Mereka berpendapat bahwa kepentingan ekonomi dan politik yang kuat dalam industri bahan bakar fosil akan membuat perubahan sistem ini sangat sulit dilakukan.

Selain itu, ada juga tantangan dalam melindungi hutan dan menghentikan deforestasi. Hutan memiliki peran penting dalam menyerap karbon dioksida dan menjaga keseimbangan ekosistem. Namun, deforestasi masih terus terjadi di berbagai belahan dunia, terutama karena pertanian dan pembangunan infrastruktur. 

Saintis pesimis meragukan apakah masyarakat global dapat mencapai konsensus dalam melindungi hutan dan menghentikan deforestasi, terutama karena kepentingan ekonomi yang kuat yang terkait dengan penebangan hutan.

Selain tantangan teknis dan politik, ada juga faktor psikologis yang membuat beberapa saintis menjadi pesimis dalam mengatasi pemanasan global. Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada peningkatan dalam perasaan putus asa dan ketidakpedulian terhadap masalah lingkungan. 

Beberapa saintis berpendapat bahwa sikap pesimis ini dapat menular dan menghambat upaya kolektif untuk mengatasi pemanasan global. Mereka berargumen bahwa mengubah sikap masyarakat secara keseluruhan mungkin menjadi lebih sulit daripada mengubah teknologi atau kebijakan.

Meskipun ada beberapa argumen yang mendukung sikap pesimis ini, penting juga untuk mengakui bahwa ada sejumlah saintis yang optimis dalam mengatasi pemanasan global. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun