Mohon tunggu...
Alifah Rohmawati Ismiyatun
Alifah Rohmawati Ismiyatun Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya senang melihat konten-konten pendidikan yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Jawa, Salah Satu Sarana Pendidikan Karakter Anak

3 Desember 2022   07:32 Diperbarui: 3 Desember 2022   07:33 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada era globalisasi seperti saat ini, moral dan karakter anak mengalami pemerosotan yang sangat signifikan. Budaya sopan santun dan menghormati orang yang lebih tua pun sudah jarang ditemukan. Di lingkungan sekolah saja masih banyak dijumpai peserta didik yang berbicara kepada guru menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko disertai perilaku yang tidak menunjukkan suatu penghormatan. Hal ini disebabkan karena pendidikan karakter anak yang masih rendah.

Dampak dari kurangnya pendidikan karakter anak yaitu menjadikan anak tidak memiliki unggah-ungguh yang baik. Unggah-ungguh dalam bahasa Jawa ada yang mengacu pada bahasa, yang disebut dengan undha-usuk basa (stratifikasi bahasa Jawa ragam ngoko dan krama atau tata basa) dan unggah-ungguh yang mengacu pada sikap, yang disebut dengan tata krama. Penerapan unggah-ungguh dalam kehidupan sehari-hari misalnya, ketika berjalan di depan orang yang lebih tua hendaknya anak dibiasakan untuk membungkuk dan meminta permisi atau dalam bahasa Jawa lazim digunakan kata "nuwun sewu". Kebiasaan seperti itu sudah jarang sekali terlihat dan dilakukan anak-anak.

Institusi pendidikan yang terdiri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial perlu menjadi teladan bagi proses pendidikan karakter seorang anak. Identitas diri anak sebagai wujud pembentukan karakter dan perkembangannya akan dipengaruhi lingkungan sekitar, sedangkan lingkungan sekitar terdekat bagi anak adalah keluarga. Kita ketahui bahwa pendidikan pertama kali diterima anak adalah berasal dari keluarga. Karakter akan terbangun dari proses pembiasaan yang berulang-ulang sejak dini. Sehingga proses ini lebih akan tertanam dan membekas pada diri anak daripada melalui institusi pendidikan lain atau lembaga formal.

Kegagalan dalam pendidikan di ranah keluarga akan menyebabkan anak menjadi tidak mempunyai kepribadian yang baik. Hal ini perlu dilakukan pembiasaan positif setiap harinya. Pembiasaan tersebut harus terintegrasi dengan pahamnya anak tentang baik dan buruk, mengerti tindakan yang harus diambil, dan terbiasa melakukan kebajikan. Salah satu upaya untuk melakukan pembiasaan positif adalah dengan melakukan komunikasi yang sopan dan santun.

Penerapan bahasa Jawa mempengaruhi nilai moral kesopanan dan unggah-ungguh pada anak. Mengimplementasikan bahasa Jawa ragam krama masih sulit untuk anak, hal ini dikarenakan ragam ngoko lebih mudah dipahami. Bahasa Jawa ragam ngoko sering digunakan anak di usia sebayanya, maka anak cenderung mudah menerapkan bahasa Jawa ragam ngoko dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko menjadi kurang etis jika digunakan kepada orang yang lebih tua.

Pengenalan bahasa Jawa krama pada anak dapat dilakukan orang tua atau guru. Orang tua dapat membiasakan anak untuk berkomunikasi dengan ragam krama ketika anak berada di luar rumah. Hal ini akan mempengaruhi anak dalam bertutur kata jika sedang berada dalam komunikasi spontan dengan lawan bicara yang lebih tua. Penerapan bahasa Jawa ragam krama secara berulang-ulang dapat menstimulus anak menerapkan ragam krama pada orang yang lebih tua atau orang yang dihormati. Dengan begitu, budaya sopan santun dan saling menghormati akan tertanam dalam diri anak, sehingga karakter anak pun akan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun