Covid-19 merupakan wabah virus baru yang saat itu bermula di Tiongkok China yang proses penyebarannya begitu cepat. Bermula di tahun 2019 hingga januari 2020 Covid-19 sudah memasuki wilayah Indonesia. Seperti yag kita ketahui bahwasannya penyakit ini menyebar dari saluran pernapasan yang terjadi akibat interaksi manusia. Akibat dari interaksi manusia dikala wabah Covid-19 ini, banyak Negara-negara di dunia yang melakukan pencegahan dengan memberlakukan physical distancing.
Berfikir akan penyebaran Covid-19 yang begitu cepat di berbagai Negara, maka Negara-negara mau tidak mau harus memberlakukan sistem karantina wilayah atau biasa disebut lockdown. Tujuan dilakukannya karantina wilayah atau lockdown tersebut agar wabah Covid-19 ini tidak semakin menyebar, teruntuk pula Indonesia. Negara Indonesia telah menerapkan kedua sistem seperti physical distancing dan lockdown, akan tetapi penyebaran yang memang dirasa masih kuat dan Covid-19 ini masih belum berakhir. Karena kejadian wabah Covid-19 ini membuat masyarakat mengalami masa yag buruk, seperti perekonomian Indonesia bahkan dunia.
Bisa kita ketahui bahwa wabah Covid-19 ini membuat perekonomian Indonesia kacau atau tidak stabil. Perekonomian Indonesia kacau dikarenakan sistem physical distancing dan lockdown yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Semua pekerjaan wajib dikerjakan dirumah dan tidak boleh pergi ke kantor atau bahasa gaulnya sistem Work From Home (WFH).
Adapun tujuan dari berlakunya sistem Work From Home (WFH) ini untuk mengurangi rantai penularan Covid-19 yang merajalela. Dari peraturan pemerintah tersebut, masyarakat mulai menjalani masa karantina pribadi atau dirumah dan bisa kita duga bahwasannya hal tersebut dapat menurunkan perekonomian. Pemerintah Indoonesia dibikin pusing geleng-geleng kepala dengan menurunnya perekonomian masyarakat dan bisa memastikan bahwasannya akan mengalami masalah yang besar dikarenakan wabah Covid-19 ini.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) terkait Ekspor dan Impor Non-Migas, Ekspor di bulan Agustus 2020 kurang lebihnya US$13,07 miliar atau bisa dibilang mengalami penurunan 4,62% terhadap Ekspor bulan Juli 2020. Bisa kita lihat dari data tersebut menunjukkan bahwa nilai Ekspor kita mulai mengalami penurunan yang banyak. Pemerintah Indonesia dibikin pusing dengan kejadian ini. Hal yang lain juga terjadi dengan Impor di bulan Agustus 2020 kurang lebihnya US$10,74 miliar atau bisa dibilang mengalami kenaikan 2,65% jika dibandingkan dengan bulan Juli 2020.
Lalu masih terkait dengan data menurut Badan Pusat Statistik (BPS) perihal Ekspor dan Impor Non-Migas, Ekspor pada bulan April 2021 kurang lebihnya US$ 18,48 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 0,96% jika dibandingkan dengan bulan Maret 2021. Untuk Impor bulan April 2021 kurang lebihnya US$ 16,29 miliar dan mengalami penurunan sebesar 2,98% jika dibandingkan bulan Maret 2021. Dari data tersebut bisa kita simpulkan hasil Ekspor dan Impor terkait Non-Migas yang terjadi di Indonesia akibat adanya pandemi wabah Covid-19.
Wabah Covid-19 ini membuat perekonomian Ekspor dan Impor terkait Non-Migas mengalami kekacauan. Banyak perusahaan yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kas. Tak jarang pula akibat wabah Covid-19 yang berkepanjangan ini mengakibatkan pengurangan produksi dan berujung pada PHK massal tanpa pesangon. Karena dirasa tidak bisa mempertahankan akibat wabah Covid-19 ini, maka banyak perusahaan yang mengalami gulung tikar atau bangkrut.
Dari kejadian wabah Covid-19 yang berkepanjangan ini menciptakan pengangguran yang semakin tidak terkendali akibat terkena dampak perusahaan yang memPHK secara massal. PHK massal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan seluruh Negara-negara yang mengalami dampak wabah Covid-19 ini. Krisis ekonomi dialami seluruh Negara-negara.
Akibat lockdown di berbagai Negara ini mengalami kesulitan dalam mempertahankan perusahaan. Karena terkait Ekspor dan Impor yang tidak bisa dilakukan dan perusahaan tidak mempunyai bahan baku untuk di produksi. Kejadian bahan baku langka membuat proses produksi mengalami pengurangan dan bahkan mengurangi tenaga kerja dan berakibat PHK massal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H