Selain itu untuk sampah organik dapat dibuat menjadi kompos. Metode pengomposan bermacam-macam mulai dari maggot, tatakura, loseda, dan rumah daun.Â
Untuk rumah daun, setiap rumah dapat menyediakan sebuah lahan yang diberik lingkaran berbentuk bulat dengan kawat lalu memasukan daun tersebut kedalamnya.Â
Untuk loseda, setiap hari kompos tersebut harus disiram dengan air manis karena kompos tersebut membutuhkan glukosa untuk bekerja, hal ini dapat dilakukan dengan menyiram air teh manis bekas tamu dari rumah kedalam kompos tersebut.
Jika sampah anorganik dan organik dipisah maka tidak akan menyebabkan bau tak sedap dan menjijikan, dan dijauhkan dari sumber penyakit.Â
DLHK menjelaskan jika sampah organik dan anorganik diikat dalam sebuah kantong plastik dan dibiarkan satu malam saja Bersama maka kantong plastik tersebut akan mengembung dikarenakan gas metan yang dihasilkan.Â
Hal ini juga dapat dilihat jika kita memasukan air bekas mencuci beras kedalam botol plastic lalu mendiamkannya selama tiga hari, maka botol tersebut akan mengembung dan meledak dikarenakan gas metan.Â
Pada kelurahan antapani kulon di RW3 sudah dilaksanakan bank sampah setiap hari jumat yaitu ditimbang dan dijualnya sampah masyarakat.Â
DLHK menjelaskan hal ini dapat kita teruskan dari wilayah kecil terlebih dahulu seperti satu RT saja, namun harus difokuskan agar pengolahannya optimal.Â
Pengolahan limbah rumah tangga ini sangat bermanfaat dikarenakan kang pisman tidak mengajarkan kita untuk menjadi pemulung sampah, namun mengajarkan kita untuk lebih teliti terhadap apa yang kita pakai sehari-hari dan bertanggung jawab dengan pembuangannya, dan juga selalu menerapkan silaturahmi dengan masyarakat rumah sekitar. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H