Mohon tunggu...
Alifa wafi akmaliyah
Alifa wafi akmaliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah traveller/ berjalan”

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tafsir dakwah : dakwah berbalut jubah kekuasaan

28 Desember 2024   16:10 Diperbarui: 28 Desember 2024   16:05 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dakwah Berbalut Jubah Kekuasaan: Sebuah Analisis Mendalam
Konsep "dakwah berbalut jubah kekuasaan" seringkali muncul dalam diskusi mengenai hubungan antara agama dan politik. Istilah ini mengacu pada situasi di mana seseorang atau kelompok yang memiliki kekuasaan, baik itu politik, ekonomi, atau sosial, menggunakan pengaruhnya untuk menyebarkan ajaran agama.
Pemahaman Mendalam
 * Dakwah: Secara bahasa, dakwah berarti mengajak atau menyeru. Dalam konteks agama, dakwah berarti mengajak orang untuk masuk Islam atau meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
 * Jubah Kekuasaan: Merupakan simbol kekuasaan atau otoritas. Dalam konteks ini, jubah kekuasaan bisa merujuk pada posisi politik, jabatan tinggi di organisasi keagamaan, atau kekayaan yang memungkinkan seseorang mempengaruhi orang lain.
Konsep ini memunculkan beberapa pertanyaan penting:

 * Metode: Bagaimana cara dakwah ini dilakukan? Apakah melalui pendekatan persuasif, atau dengan menggunakan tekanan atau paksaan?

Dakwah yang berbalut jubah kekuasaan dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik yang persuasif maupun yang bersifat memaksa. Namun, penting untuk diingat bahwa Islam sangat menjunjung tinggi prinsip kebebasan beragama dan tidak membenarkan pemaksaan dalam beragama.
Pendekatan Persuasif:
 * Contoh:
   * Penggunaan khotbah Jumat: Pemuka agama yang juga memiliki jabatan politik dapat memanfaatkan khotbah Jumat untuk menyampaikan pesan-pesan agama yang sejalan dengan kebijakan politik yang ingin mereka dorong.
   * Pembentukan organisasi keagamaan: Mereka dapat mendirikan organisasi keagamaan yang besar dan berpengaruh, kemudian menggunakan organisasi tersebut sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran agama dan ideologi politik mereka.
 
 * Ciri-ciri:
   * Penekanan pada kebaikan: Dakwah lebih fokus pada aspek positif dari ajaran agama dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
   * Intoleransi terhadap perbedaan: Tidak toleran terhadap pandangan yang berbeda dan cenderung mengucilkan atau menyingkirkan mereka yang tidak sependapat.
 
Penting untuk diingat:
 * Islam melarang pemaksaan dalam beragama. Al-Qur'an dengan jelas menyatakan bahwa tidak ada paksaan dalam agama (QS. Al-Baqarah: 256).
 * Dakwah yang ideal adalah dakwah bil hikmah, yaitu dakwah yang dilakukan dengan bijaksana, lemah lembut, dan penuh kasih sayang.
 * Dakwah yang berbalut kekuasaan dapat menjadi berbahaya jika tidak didasarkan pada prinsip-prinsip agama yang benar dan jika digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

 * Bagaimana kita dapat membedakan antara dakwah yang tulus dan dakwah yang bermotif politik?

Membedakan antara dakwah yang tulus dan yang bermotif politik memang menjadi tantangan tersendiri, terutama di era saat ini di mana agama dan politik seringkali saling berkelindan. Namun, ada beberapa indikator yang dapat kita perhatikan:

Dakwah yang Tulus
 * Tujuan Utama: Semata-mata untuk menyebarkan ajaran agama, mengajak kepada kebaikan, dan menjauhkan dari kemungkaran. Tidak ada kepentingan pribadi atau kelompok yang mendominasi.
 * Metode: Menggunakan pendekatan persuasif, dialog, dan contoh yang baik. Menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan keyakinan.
 * Isi Pesan: Fokus pada nilai-nilai universal seperti kasih sayang, keadilan, dan toleransi. Ajaran agama disampaikan secara utuh dan tidak dipelintir untuk kepentingan tertentu.
 * Dampak: Menciptakan masyarakat yang lebih baik, toleran, dan harmonis. Meningkatkan kualitas iman dan takwa individu.

Dakwah yang Bermotif Politik
 * Tujuan Utama: Memenangkan dukungan politik, mempertahankan kekuasaan, atau mencapai tujuan kelompok tertentu. Agama dijadikan alat untuk mencapai tujuan politik.
 * Metode: Seringkali menggunakan bahasa yang provokatif, mengadu domba, dan menebar kebencian. Tidak jarang menggunakan kekerasan atau ancaman untuk mencapai tujuan.
 * Isi Pesan: Memilih-pilih ayat atau hadits yang mendukung kepentingan politik, mengabaikan aspek lain dari ajaran agama.
 * Dampak: Memicu perpecahan, radikalisme, dan konflik sosial. Menurunkan kualitas kehidupan beragama.

Tips untuk Membedakan:
 * Belajar agama secara mendalam: Dengan memahami ajaran agama secara benar, kita dapat membandingkan apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan ajaran tersebut.
 * Kritis terhadap informasi: Jangan mudah percaya dengan informasi yang belum jelas sumbernya.
 * Berdiskusi dengan orang yang lebih paham: Jangan ragu untuk bertanya dan berdiskusi dengan orang yang lebih ahli dalam bidang agama.
 * Menjaga hubungan baik dengan pemeluk agama lain: Toleransi dan saling menghormati adalah kunci untuk membangun kehidupan beragama yang harmonis.

Penting diingat:
Membedakan antara dakwah yang tulus dan yang bermotif politik tidak selalu mudah. Namun, dengan kehati-hatian dan pemahaman yang mendalam, kita dapat mengambil keputusan yang bijak.

Dakwah yang didukung oleh kekuasaan dapat mendorong perubahan sosial yang positif, seperti peningkatan kesadaran akan nilai-nilai keagamaan atau perbaikan kondisi masyarakat.

Kesimpulan
Dakwah berbalut jubah kekuasaan adalah fenomena kompleks yang memiliki potensi positif dan negatif. Untuk memaksimalkan dampak positifnya, perlu adanya pengawasan yang ketat dan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip agama yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun