Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, M. M., Dita Agustia, Fisika Dasar, UNJ 2021
Banyak orang yang beranggapan bahwa fisika hanya sebatas ilmu alam yang tidak ada penerpannya dalam kehidupan sehari-hari. Nyatanya, ilmu fisika merupakan ilmu yang erat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kegiatan yang biasa kita temui justru erat kaitannya dengan ilmu fisika, contohnya seperti pendaratan sempurna pada kucing yang terjatuh dari ketinggian.
Kucing menjadi salah satu hewan yang paling banyak dijadikan opsi untuk dipelihara di rumah. Kucing dipilih karena tingkah lakunya yang lucu, menggemaskan, serta bersahabat dengan manusia. Beberapa jenis kucing yang dipelihara oleh pencinta hewan, yaitu kucing domestik hingga kucing ras Anggora, Siam, MaineCoon, Sphyinx, Bengal, dan lain-lain.
Orang banyak menyebutkan bahwa kucing merupakan hewan yang memiliki 9 nyawa. Hal ini dikarenakan ketika terjatuh tidak ada cidera yang terdapat padanya. Hal ini cukup menarik para ilmuwan untuk mengungkap apa yang tejadi pada tubuh kucing ketika terjatuh dari ketinggian. Jika ditinjau secara matematis kucing telah melanggar salah satu hukum gerak newton yang berbunyi sebuah obyek bergerak tidak bisa berhenti begitu saja bila tidak ada gaya berlawanan yang dapat menghentikannya. Beradasarkan pernyataan tersebut, seharusnya kucing tidak mampu melakukan rotasi untuk membalikkan badannya.
Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk mengetahui hubungan fisika dengan pendaratan sempurna pada kucing yang terjatuh dari ketinggian. Serta untuk menambah pengetahuan kepada penulis maupun pembaca. Terlebih, belum banyak artikel, jurnal, maupun buku yang membahas hal ini. Sehingga dirasa artikel sederhana ini akan sangat menarik untuk ditulis.
Bagaimana sudut pandang fisika menjelaskan mengenai fenomena gerak jatuh pada kucing tersebut?
Peneliti telah mengumpulkan 100 kucing yang jatuh dari gedung setinggi 2 hingga 32 lantai. Kucing yang tejatuh dari ketinggian 7 lantai memiliki cidera ringan, sama seperti kucing yang terjatuh dari ketinggian yang lebih rendah. Namun, terdapat kucing ketika dijatuhkan dari ketinggian kurang dari 6 lantai jurstru mengalami cidera yang lebih parah.
Setelah diteliti, ternyata kucing ketika jatuh dari ketinggian tertentu dapat menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga mendarat dengan baik, hal tersebut disebut sebagai refleks meluruskan. Tinggi badan merupakan faktor yang mempengaruhi proses refleks pemulihan kucing. Kucing yang jatuh dari lantai 7 hingga lantai 32 dari gedung tersebut bersandar ke satu sisi sehingga tubuhnya terlihat seperti parasut. Hal ini memungkinkan kucing untuk mendarat di perut.
Posisi parasut yang segera terbentang setelah melompat menciptakan gaya hambat yang hebat. Dengan adanya hambatan udara, gerakan parasut bergerak secara horizontal daripada vertikal ke bawah, menciptakan lintasan parabola. Keceparan skydiver akan terus meningkat hingga akhirnya skydiver mencapai kecepatan maksimum. Di sinilah hambatan udara sama dengan gravitasi skydiver.
Ketika kucing mulai meloncat maka hukum II Newton diterapkan dan kucing melakukan gerak jatuh bebas. Selama di udara kucing melakukan gerak translasi dan rotasi. Pada pembahasan kali ini mengenai gerak parasut pada kucing jika dijadikan model matematika yang berdasarkan Hukum II Newton ∑ 𝐹 = 𝑚𝑎. Dengan 𝑚 adalah massa kucing, 𝑎 adalah percepatan, dan 𝐹 adalah jumlah dari gaya gravitasi. Untuk mencari 𝐹 dapat menggunakan rumus F = 𝐹𝑔 + 𝐹𝑑 dengan 𝐹𝑔 merupakan jumlah dari gaya gravitasi dan 𝐹𝑑 merupakan gaya hambat udara.
Selama di udara kucing mengalami kelajuan terminal hingga mencapai 97 km/jam. Sedangkan manusia pada terjun bebas adalah 183 km/jam. Dengan adanya kelajuan terminal yang dialami kucing selama di udara, kucing bisa merilekskan badannya dengan memutar tubuhnya dan membentangkan kakinya untuk menghambat dan memperlambat kelajuan selama jatuh. Sehingga kucing bisa meminimalisir benturan.