Mohon tunggu...
Aliesa Azahwa Faradilla
Aliesa Azahwa Faradilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Calon Istri Lee Jeno

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dakwah Tanpa Batas di Era Global

6 November 2024   13:56 Diperbarui: 6 November 2024   14:01 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Definisi Dakwah dan Relavansinya di Era Global

Dakwah secara bahasa berasal dari bahasa Arab da'wa, yang berarti "panggilan" atau "seruan." Secara istilah, dakwah adalah usaha menyampaikan, mengajak, atau menyeru seseorang atau sekelompok orang kepada nilai-nilai kebenaran dalam ajaran Islam. Dakwah bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam sebagai agama yang membawa kebaikan, perdamaian, dan kemajuan bagi seluruh umat manusia. Aktivitas dakwah dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, baik secara lisan, tulisan, perilaku, maupun melalui media visual dan digital. 

Di era globalisasi, dakwah memiliki relevansi yang sangat signifikan karena beberapa alasan berikut: 

  • Akses Informasi yang Lebih Luas: Globalisasi memungkinkan pesan-pesan dakwah menjangkau audiens global dengan cepat dan efisien melalui internet, media sosial, dan berbagai platform digital. Informasi dapat disebarkan ke seluruh dunia dalam hitungan detik, sehingga dakwah memiliki jangkauan yang lebih luas tanpa batas geografis.
  • Penyebaran Nilai-nilai Islam yang Universal: Dakwah di era globalisasi berperan penting dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang universal, seperti perdamaian, keadilan, dan kasih sayang. Dalam dunia yang semakin terhubung dan beragam, dakwah dapat menjadi jembatan untuk membangun saling pengertian antarbudaya dan antaragama, sehingga Islam dapat dipahami sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
  • Menghadapi Tantangan Sosial dan Budaya Global: Globalisasi membawa tantangan berupa pergeseran nilai sosial dan budaya yang tidak selalu sejalan dengan prinsip Islam. Dakwah di era ini membantu umat Islam mempertahankan nilai-nilai keislaman di tengah pengaruh global yang beragam, sekaligus memberikan solusi bagi berbagai masalah sosial, seperti krisis identitas, materialisme, dan individualisme.
  • Memperbaiki Citra Islam di Mata Dunia: Salah satu tantangan di era globalisasi adalah misinformasi dan stereotip negatif tentang Islam. Dakwah yang dilakukan secara bijak dan terbuka dapat membantu memperbaiki citra Islam di mata dunia, mengurangi kesalahpahaman, dan menghadapi isu-isu seperti Islamofobia.
  • Peluang Kolaborasi Internasional: Globalisasi juga membuka peluang kolaborasi antar umat Islam di berbagai negara. Melalui dakwah yang global, umat Islam dapat bekerja sama dalam menyebarkan pesan Islam dan membangun solidaritas untuk mewujudkan peradaban yang lebih baik.
  • Mengoptimalkan Peran Generasi Muda: Generasi muda di era globalisasi sangat akrab dengan teknologi dan media digital, menjadikan mereka sebagai agen potensial dalam dakwah. Melalui kreativitas, mereka dapat menyampaikan pesan-pesan Islam dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat global.  

Secara keseluruhan, dakwah di era globalisasi tidak hanya tentang menyampaikan pesan agama, tetapi juga berperan dalam membangun hubungan yang lebih harmonis antara umat manusia. Era ini menawarkan peluang besar bagi umat Islam untuk menyebarkan ajaran Islam dengan lebih luas dan lebih efektif, sehingga nilai-nilai Islam dapat dirasakan oleh masyarakat global. 

B. Tantangan Globalisasi Terhadap Dakwah

Untuk menguji kesuksesan sebuah gerakan atau misi dakwah, maka unsur zaman merupakan isu penting yang menarik dibicarakan. Kita dapat mengatakan bahwa kejayaan atau kesuksesan dakwah sangat tergantung pada kemampuan seorang dai atau gerakan dakwah memahami konstruk zaman dengan berbagai karakater dan problematikanya. Pada konteks ini, dapat dikatakan bahwa kej ayaan dakwa di masa lalu karena gerakan dakwah telah berhasil memahami karakter zamannya. Yang pasti adalah kondisi dan karakter zaman awal Islam sangat jauh berbeda dengan zaman sekarang yang kemudian disebut dengan era global. Era sekarang adalah era revolusi informasi dan komunikasi, era kemajuan sains dan teknologi.

Tantangan dakwah yang amat kompleks dewasa ini dapat dilihat dari minimal dari tiga perspektif, yaitu:

1. Perspektif Perilaku (behaviouristic perspective)

Dalam perspektif perilaku (behaviouristic perspective), pendekatan utama adalah memahami dan memodifikasi perilaku manusia melalui penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Tantangan dakwah dari perspektif ini berfokus pada bagaimana mengubah perilaku audiens agar sesuai dengan nilai-nilai Islam, terutama di era globalisasi.

Globalisasi sering kali mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih konsumtif, individualistis, dan berorientasi pada hiburan instan, yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Dari perspektif perilaku, kebiasaan ini menjadi tantangan bagi dakwah karena kebiasaan yang telah mengakar kuat sulit diubah. Dakwah perlu memberikan penguatan positif yang lebih besar untuk mengubah perilaku ini, misalnya dengan menunjukkan keuntungan jangka panjang dari gaya hidup Islami. 

Dakwah yang efektif membutuhkan penguatan positif yang mendorong audiens untuk menjalankan ajaran Islam. Namun, dalam kehidupan modern, sering kali perilaku religius seperti shalat berjamaah, puasa, atau berzakat kurang mendapat apresiasi sosial. Di sisi lain, perilaku yang tidak sesuai dengan nilai Islam justru mendapat penghargaan atau perhatian besar di masyarakat, terutama di media sosial. Dakwah perlu menciptakan lingkungan yang memberikan penguatan positif bagi perilaku religius agar audiens merasa terdorong untuk berperilaku sesuai ajaran Islam. 

Perspektif perilaku menekankan bahwa lingkungan sangat berperan dalam membentuk dan memelihara perilaku individu. Di era globalisasi, lingkungan sosial dan budaya yang mendukung perilaku negatif atau yang bertentangan dengan Islam semakin kuat, misalnya melalui media yang menyebarkan konten yang tidak islami. Tantangan dakwah adalah bagaimana menciptakan lingkungan alternatif yang dapat menguatkan perilaku positif dan mengurangi pengaruh negatif dari lingkungan sekitar. 

Beberapa perilaku negatif, seperti merokok, minum alkohol, atau gaya hidup konsumtif, sering kali sudah mendarah daging dalam kehidupan seseorang dan sulit diubah meskipun sudah ada pemahaman agama. Perspektif perilaku menekankan pentingnya pendekatan bertahap dan konsisten untuk mengubah perilaku ini. Tantangan dakwah adalah bagaimana mendesain program atau metode yang bertahap dan memberikan penguatan positif yang cukup untuk membantu audiens mengatasi perilaku negatif ini. 

Dari perspektif perilaku, dakwah di era globalisasi menghadapi tantangan dalam membentuk dan menguatkan perilaku Islami di tengah pengaruh lingkungan yang tidak selalu mendukung. Untuk mengatasi tantangan ini, dakwah perlu mengedepankan pendekatan yang memperkuat perilaku positif secara konsisten, mengurangi resistensi audiens, dan menciptakan lingkungan yang mendukung transformasi perilaku secara berkelanjutan. 

 2. Perspektif Transmisi (transmissionalperspective)

Dalam perspektif transmisi (transmissional perspective), dakwah dilihat sebagai proses penyampaian pesan dari seorang dai atau penyampai pesan kepada audiens, dengan fokus utama pada penyampaian konten secara efektif agar diterima, dipahami, dan dihayati oleh audiens. Tantangan dakwah dari perspektif ini berfokus pada bagaimana pesan dakwah dapat disampaikan dengan jelas, relevan, dan tanpa distorsi sehingga pesan Islam yang murni dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, terutama di era globalisasi.

Salah satu tantangan utama dari perspektif transmisi adalah gangguan atau distorsi yang terjadi dalam proses penyampaian pesan. Dalam dakwah, pesan bisa disalahpahami, disalahartikan, atau bahkan sengaja dipelintir oleh pihak lain. Media sosial, misalnya, sering kali menampilkan kutipan dakwah yang terpotong-potong sehingga mengubah makna aslinya. Tantangan bagi dai adalah memastikan bahwa pesan dakwah tetap utuh dan jelas, serta tidak mudah disalahartikan oleh audiens. 

Pemilihan media yang tidak sesuai dapat menghambat efektifnya transmisi pesan dakwah. Misalnya, menggunakan media cetak di era digital mungkin kurang efektif untuk menjangkau generasi muda. Dalam perspektif transmisi, tantangan ini menuntut dai untuk memilih media yang paling efektif dan relevan sesuai dengan target audiens, baik itu melalui media sosial, video pendek, atau platform lainnya agar pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik dan tepat sasaran. 

Beberapa ajaran atau konsep dalam Islam memiliki kedalaman yang membutuhkan pemahaman dan pemikiran mendalam. Jika pesan dakwah terlalu kompleks atau disampaikan dengan bahasa yang sulit, audiens bisa merasa kewalahan dan cenderung mengabaikan pesan tersebut. Dari perspektif transmisi, dai menghadapi tantangan untuk menyederhanakan pesan dakwah agar tetap sesuai dengan syariat namun juga mudah dipahami oleh berbagai kalangan. 

Dalam perspektif transmisi, umpan balik dari audiens sangat penting untuk mengetahui sejauh mana pesan dakwah dipahami dan diterima. Namun, di dunia digital, umpan balik langsung sering kali terbatas atau tidak akurat. Tantangan ini menyulitkan dai untuk menilai efektivitas dakwah dan melakukan perbaikan yang diperlukan. Dai perlu mencari cara untuk mendapatkan umpan balik yang konstruktif dari audiens agar pesan dakwah bisa terus ditingkatkan. 

Dari perspektif transmisi, dakwah menghadapi berbagai tantangan dalam menyampaikan pesan yang jelas, akurat, dan efektif kepada audiens yang beragam. Dalam menghadapi tantangan ini, dai perlu memperhatikan kejelasan, kesederhanaan, serta relevansi konten dakwah agar pesan dapat dipahami dan diterima dengan baik. Penggunaan media yang tepat, bahasa yang disesuaikan, dan pendekatan yang interaktif juga sangat penting untuk meningkatkan efektivitas transmisi dakwah di era globalisasi. 

3. Perspektif Interaksi 

Dalam perspektif interaksi (interactional perspective), dakwah dilihat sebagai proses dinamis yang melibatkan komunikasi dua arah antara dai dan audiens. Fokus utama pendekatan ini adalah bagaimana membangun hubungan, keterlibatan, dan komunikasi yang efektif agar pesan dakwah tidak hanya diterima secara pasif tetapi juga dipahami, direspon, dan dihayati oleh audiens. Tantangan utama dalam dakwah dari perspektif ini berkaitan dengan cara menciptakan interaksi yang bermakna sehingga dakwah menjadi lebih relevan dan efektif bagi masyarakat. 

Dakwah yang efektif memerlukan koneksi emosional dan personal antara dai dan audiens. Namun, di era globalisasi dan digital, dai sering berinteraksi dengan audiens yang luas dan heterogen melalui media sosial atau platform digital, yang mengurangi kesempatan untuk membangun hubungan yang erat dan personal. Tantangan ini dapat menghambat kedalaman interaksi dan membuat audiens merasa kurang terhubung dengan pesan dakwah. 

Interaksi yang efektif memerlukan dialog terbuka, namun tidak semua dakwah menyediakan ruang untuk tanya jawab atau klarifikasi dari audiens. Ketika audiens tidak mendapat kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi, pesan dakwah bisa terasa sepihak dan kurang interaktif. Tantangan ini menuntut dai untuk memberikan ruang bagi dialog, misalnya melalui forum diskusi atau sesi tanya jawab, agar audiens bisa lebih memahami dan terlibat secara aktif dalam proses dakwah. 

Beberapa audiens mungkin merasa canggung atau terbatas dalam berinteraksi dengan dai, terutama jika mereka memiliki perbedaan status sosial, usia, atau pengetahuan agama. Tantangan ini dapat menghambat audiens untuk terbuka dalam berkomunikasi. Dai perlu menciptakan suasana yang nyaman dan rendah hati, sehingga audiens merasa diterima dan bebas untuk berinteraksi tanpa merasa dihakimi atau terintimidasi. 

Dari perspektif interaksi, dakwah bukan hanya sekadar menyampaikan pesan tetapi juga membangun komunikasi dua arah yang positif, di mana audiens merasa terlibat dan dihargai. Tantangan-tantangan di atas memerlukan dai untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik, sikap terbuka, dan empati. Dengan demikian, dakwah dapat menjadi proses yang inklusif, mendalam, dan mampu menyentuh hati audiens di tengah kompleksitas interaksi di era globalisasi. 


C. Strategi Dakwah Yang Sesuai Dengan Konteks Global Dan Teori Keilmuan

Strategi dan metode dalam melaksanakan dakwah yang merupakan sebagai suatu sistem untuk dapat menarik para pendengar agar dapat terserab berbagai pesan dan materi yang akan disampaikan dengan menggunakan berbagai metode dan sistem agar materi tersebut dapat dicerna dengan baik dan maksimal.

Berdakwah di era global berarti mendesain suatu gerakan dakwah yang relevan dengan kondisi zaman yang semakin canggih serba modern dengan tanpa mengabaikan masdarul Islam (Al-Qur'an dan As Sunnah). Kecanggihan zaman, berbagai perkembangan teknologi mesti dijadikan alat untuk mewujudkan tujuan dakwah. Karena bila momen kemajuan dan kecanggihan zaman global tidak dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam berdakwah, maka kesempatan ini akan dimanfaatkan kelompok lain yang memiliki tujuan lain dan bisa saja bertolak belakang dari tujuan dakwah. Berbagai kemudahan, fasilitas berkat kemajuan teknologi modern dapat dimanfaatkan untuk kemajuan dan memudahkan dakwah untuk sampai kepada umat secara lebih baik, lebih cepat, dan daya jangkau yang lebih luas. Dakwah mestinya mengikuti dan memanfaatkan teknologi tersebut, sesuai dengan gerak maju perkembangan umat. Seorang juru dakwah akan kurang diminati bahkan bisa saja ditinggalkan umatnya, ketika tidak lagi memahami dan memanfaatkan perkembangan zaman serta kebutuhan umat dalam menjalankan aktivitas hidup.

Di era globalisasi dapat diambil beberapa pendekatakan dalam melaksanakan dakwah yaitu dengan Pendekatan Metodologi:

1. Radio, adalah media elektronik yang paling dini dan sudah dipakai sejak lama serta sudah dikenal masyarakat

2. TV,  adalah sebagai media dakwah, sangatlah efektif dengan kelebihannya sebagai media audio visual; selain bersuara, juga dapat dilihat. Penggunaan TV sebagai media, tentu saja bisa dilakukan dengan membuat program-program tayangan yang bermuatan pesan dakwah; baik berupa drama, ceramah, film-film ataupun kata-kata hikmah; sebagaimana yang telah banyak ditayangkan diberbagai stasiun TV.

3. Tape recorder, CD dan DVD,  semuanya merupakan alat-alat perekam yang bisa dipakai untuk menggandakan berbagai produk dakwah, dan ini juga sudah mulai banyak dipakai sebagai media dakwah dan pengajaran agama.

4. Dakwah via animasi. Masalah lain yang perlu digarap dakwah Islamiyah adalah memuat film-film kartun yang Islami, dengan memperkenalkan budaya dan ajaran Islam, serta cerita-cerita kepahlawanan.

5. Dakwah via internet. Internet merupakan barang baru yang secara langsung berperan dalam menciptakan dunia yang mengglobal. Media ini, dapat menghubungkan antarindividu penduduk dunia tanpa mengenal batas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun