Mohon tunggu...
Aliesa Athirah Ghassani
Aliesa Athirah Ghassani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi | Major of Public Relations Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Film, paint and listening to music is my favorite

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Populer: Impresi Korean Wave dan Westernisasi Sudah Menjadi Budaya Anak Bangsa Saat Ini?

8 Juli 2024   14:57 Diperbarui: 8 Juli 2024   15:06 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kumparan.com/ira-manicha-kusuma-wardani/budaya-populer-dalam-sosiologi-komunikasi-1us

Budaya populer memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat modern (Madali, 2020). Budaya populer mencakup berbagai aspek seperti musik, film, televisi, media sosial, dan sebagainya yang mempengaruhi cara berpikir, perilaku, dan pola konsumsi masyarakat (Karman, 2023). Budaya pop Korea ini diproduksi dan dikomersialkan secara masif oleh industri hiburan Korea Selatan, seperti agency-agency musik besar dan rumah produksi drama televisi. Mereka mengemas konten-konten budaya pop Korea dengan sangat menarik dan berusaha memasarkannya secara luas ke pasar global.

Teori Budaya dan Budaya Pop John Storey

Menurut John Storey dalam bukunya "Cultural Theory and Popular Culture" (2015), terdapat beberapa definisi atau pendekatan dalam memahami budaya populer, salah satunya adalah pendekatan budaya populer sebagai "budaya yang diproduksi secara komersial untuk pasar massa". Dalam konteks Korean Wave, pendekatan ini sangat relevan. Korean Wave merujuk pada fenomena meningkatnya popularitas dan pengaruh budaya pop Korea, seperti musik K-Pop, drama TV, film dan lainnya, di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Menurut Storey, budaya populer yang diproduksi secara komersial ini sering kali dianggap "rendah" atau "inferior" dibandingkan dengan budaya "tinggi" atau "elite". Namun, Korean Wave telah mampu menembus batas-batas tersebut dan menjadi fenomena budaya populer yang digemari secara global. Dalam perspektif teori budaya populer John Storey, Korean Wave dapat dipandang sebagai salah satu bentuk budaya populer kontemporer yang diproduksi secara masif dan komersial, serta memiliki pengaruh signifikan terhadap budaya anak muda di Indonesia saat ini (Sugihartati, 2017).

Pada saat ini, Korean Wave dan Westernisasi sering dibicarakan oleh anak-anak zaman sekarang. Jadi, apa sih yang dimaksud dengan Korean Wave dan Westernisasi ini? Korean Wave adalah istilah yang menggambarkan budaya yang berasal dari Korea Selatan. Budaya ini menjadi sangat populer berkat perkembangan zaman. Kemajuan teknologi dan modernisasi telah mempercepat penyebaran dan pertumbuhan budaya Korea, bahkan hingga mencapai berbagai negara di dunia. Sebagaimana yang dapat kita lihat di era saat ini, budaya Korea telah menjadi salah satu budaya yang sangat populer dan berpengaruh di dunia. Budaya Korea telah berhasil menjadi salah satu budaya dari Asia yang mencapai popularitas internasional di era ini. Pencapaian ini berkat produk drama dan musiknya yang sangat fenomenal, yaitu drama Korea (K-drama) dan musik pop Korea (K-pop). Drama Korea menjadi favorit di kalangan remaja dan ibu-ibu, sementara musik Korea sangat diminati oleh para pemuda. Kedua industri ini telah menjadi pilar utama dalam meningkatkan popularitas Korea Selatan. Pengaruh besar dari produk-produk budaya Korea ini dikenal dengan istilah Korean Wave, yang berarti gelombang Korea. Istilah ini digunakan karena kuatnya pengaruh budaya Korea yang menyebar luas, terutama di kalangan remaja dan kaum milenial. Pengaruhnya tidak hanya dirasakan oleh kaum muda di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Akibatnya, muncul istilah baru yaitu demam Korea atau demam Korean Wave.

Menyinggung Westernisasi, Apa itu Westernisasi? Westernisasi, sebagaimana yang sering kita baca dan dengar, berasal dari kata "west" dan "western" yang berarti Barat. Oleh karena itu, westernisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menjadi seperti budaya Barat. Definisi formal westernisasi adalah adopsi atau peniruan budaya Barat. Apa saja yang termasuk budaya Barat? Pasti teman-teman tahu, yaitu budaya yang berasal dari negara-negara Amerika dan Eropa. Contoh konkret dari westernisasi adalah film 'Marvel' yang menampilkan pahlawan super seperti dalam Star Wars. Ketika anak-anak menonton film superhero tersebut, mereka bisa terpengaruh untuk meniru adegan-adegan pahlawan tersebut. Masih banyak budaya Barat lainnya yang sangat berpengaruh dalam kehidupan saat ini, terutama di era modern. Mulai dari musik, film, gaya hidup, hingga cara berpakaian, semuanya memiliki dampak yang signifikan. Baik secara sadar maupun tidak, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, westernisasi mempengaruhi semua kalangan. Mulai dari anak-anak hingga lansia. Pada anak-anak, pengaruh ini bisa terlihat dari pola perilaku mereka setelah menonton film superhero, serta dari cara mereka berpakaian. Meskipun pilihan pakaian mereka ditentukan oleh orang tua, hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya Western terhadap berbagai aspek kehidupan sebuah bangsa, termasuk gaya berpakaian.

Yang paling banyak terpengaruh oleh Westernisasi adalah kaum muda milenial dan remaja. Remaja sangat mudah menyerap pengaruh yang diberikan kepada mereka. Hal ini didukung oleh faktor perubahan usia dari anak-anak menjadi dewasa, atau yang biasa disebut masa pubertas. Pada masa ini, remaja sedang mencari jati diri dan mengalami perasaan yang labil, sehingga membutuhkan bimbingan dan arahan.

Analisis Studi Kasus

Di salah satu pusat perbelanjaan modern di Jakarta, suasana ramai dan meriah tampak memenuhi setiap sudut. Dekorasi bernuansa Korea Selatan terpasang di sepanjang koridor, seperti banner bertuliskan "Hallyuwood Festival" dan patung-patung boneka karakter kartun Hallyu yang menggemaskan. Alunan musik K-Pop mengalun kencang, diikuti oleh teriakan dan tepuk tangan antusias dari kerumunan remaja yang memadati area tersebut. Di salah satu panggung, Nadya, seorang remaja berusia 17 tahun, berkumpul dengan teman-temannya yang juga menjadi penggemar fanatik K-Pop. Mereka berjoget dan melakukan koreografi yang terlihat sangat terlatih, mengikuti setiap lirik dan gerakan idola mereka di layar besar. Semangat dan euforia terpancar jelas dari raut wajah Nadya yang penuh kekaguman. "Aku sudah menonton konser BTS 3 kali. Mereka benar-benar luar biasa!" katanya dengan mata berbinar.

Di sudut lain, beberapa stand penjualan menampilkan aneka pernak-pernik K-Pop, mulai dari album, poster, lightstick, hingga aksesoris fashion. Remaja-remaja yang memadati tempat itu tampak begitu antusias menjelajahi setiap booth, menawar harga, dan membeli berbagai barang yang mereka inginkan. Gaya berpakaian mereka pun mencerminkan tren fashion Korea Selatan, mulai dari oversized hoodie, celana jeans sobek, hingga sepatu sneakers kekinian. Sementara itu, di sebuah kafe bertema Korea, suasana tak kalah meriah. Remaja-remaja, termasuk Andi (19 tahun), berkumpul sambil menikmati menu khas Korea, seperti bulgogi, kimchi, dan bubble tea. Andi tampak asyik berdiskusi dengan teman-temannya, membagi informasi terbaru seputar idola K-Pop favoritnya. "Aku benar-benar nggak sabar menunggu comeback-nya Blackpink bulan depan," ujarnya antusias. Fenomena Korean Wave yang melanda kalangan remaja di Ibukota Indonesia ini sungguh memukau. Budaya populer Korea Selatan telah menanamkan pengaruh yang kuat, mengubah cara remaja berpakaian, berperilaku, berinteraksi sosial, hingga memilih gaya hidup mereka sehari-hari. Tren Hallyu ini tampaknya masih akan terus berlanjut, menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika generasi muda perkotaan di Indonesia.

Perhatian orang tua menjadi sangat penting dalam mengontrol perkembangan remaja agar tidak terjerumus ke dalam budaya yang negatif. Korean Wave dan Westernisasi juga memiliki dampak, dampak dari kedua budaya asing tersebut bisa bersifat negatif maupun positif. Dampak negatif yang mungkin timbul adalah semakin menurunnya kesadaran akan budaya negara sendiri. Karena selalu terpapar oleh budaya asing, terutama budaya Korea dan Western yang memiliki unsur persuasif yang menarik minat, perhatian terhadap budaya lokal bisa berkurang. Akibatnya, anak-anak dan remaja lebih sering fokus pada budaya asing yang mereka sukai. Jika budaya lokal tidak diasah dan diperhatikan oleh generasi muda, hal ini menjadi sangat mengkhawatirkan. Sebab, siapa lagi yang akan mewarisi budaya lokal kita jika anak-anak dan remaja tidak memiliki keinginan untuk meneruskan dan melestarikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun