TAK disangka tak dinyana, dua tulisanku yang nyerempet "kisruh di PSSI" dibaca dan dikomentari banyak orang. Pembaca dan komentator bahkan jauh lebih banyak dibanding dua tulisanku sebelumnya yang terpilih jadi HL, yakni Ngeblog itu Ibarat Film Mission Impossible dan Falsafah terima kasih pemain bola. Ada berbagai dinamika menarik yang aku jumpai dalam dua tulisan tentang 'kisruh PSSI' itu yang bisa aku jadikan pelajaran terutama ketika ngeblog di planet bumi.
Aku merangkum sejumlah dinamika itu menjadi beberapa tips ngeblog, yang mungkin juga bisa untuk menambah wawasan teman-teman pembaca. Karena ini tips (dan juga opini pribadi), tentu tak ada paksaan bagi siapapun untuk melakukan apa yang dianjurkan dalam tulisan ini.
Apa saja tips ngeblog terkait 'kisruh PSSI'? Ini dia. 1. Perbedaan itu realita, jadi realistislah
Kita, Anda dan aku yang Alien hidup di dunia yang majemuk. Jadi sama sekali tidak mungkin kalau kita berusaha meniadakan perbedaan. Ketika ngeblog, akan ada pembaca yang setuju dengan yang Anda sampaikan. Dan akan ada juga yang menolak. Dan itu biasa.
Dalam konteks PSSI (dan juga kaitan dengan blogger atau Kompasianer), saat ini ada dua kubu yang berseberangan. Kubu yang pro Liga Primer dan yang Pro Liga Super. Masing-masing kubu merasa keduanya benar dan yakin pihak yang berseberangan ngaco.
Perbedaan tajam ini merupakan realita. Jadi sama sekali tidak mungkin jika kita berharap semua Kompasianer harus satu suara, sama-sama mendukung Super atau Primer. Itu tidak mungkin. Jadi, karena realitanya memang seperti itu, tak perlulah bersusah payah meyakinkan pihak lain karena memang tak akan ada gunanya.
Sebagai pembanding, aku kasih contoh Barcelona. Semua penggila bola pasti setuju kalau saat ini Barcelona adalah klub terbaik di dunia. Ditinjau dari sudut manapun Barca adalah terbaik. Namun apakah semua penggila bola harus menjadi penggemar Barca? Ya tidak juga. Ada yang memilih memfavoritkan Real Madrid. Dan penggemar Madrid pasti punya alasan sendiri kenapa memilih Madrid dan bukannya Barca yang superior.
Begitu juga dalam kasus Super-Primer. Mungkin Primer yang legal. Tapi kalau banyak warga Indonesia yang lebih memilih pro Super, ya gak masalah kan? Itu realita.
Dalam komen di tulisan Media, ada teman Kompasianer yang seperti gak setuju ketika aku bilang netral. Gak memihak Super maupun Primer. Emang apa salahnya kalau aku gak milih siapa-siapa? Aku juga yakin bukan satu-satunya Kompasianer yang gak memilih Super atau Primer, karena gak tau masalahnya dan gak peduli!!!
Memaksakan aku harus memilih Super atau Primer (padahal aku udah bilang lebih suka Liga Inggris) sama saja dengan memaksa seorang Milanisti untuk memilih antara Barca dan Madrid. Oke, Barca dan Madrid mungkin klub terbaik di dunia. Namun kalau ada yang menganggap AC Milan yang paling hebat ya gak apa-apa kan?
2. Komentar panjang? Tulislah di lapak sendiri