Mohon tunggu...
alien indo
alien indo Mohon Tunggu... profesional -

Aku berasal dari planet lain, jadi manusia bumi menyebutku Alien. Karena pesawatku rusak, aku terdampar ke bumi, ke negara bernama Indonesia, dan terpaksa mempelajari tingkah pola 'mengharukan' dari makhluk bernama manusia....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Beda Agama, Kenapa Dibunuh?

2 Agustus 2012   05:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HANYA di planet Bumi aku melihat manusia dibunuh semata karena berbeda agama. Hanya di planet Bumi aku melihat orang dimusuhi semata  karena kitab suci dan cara beribadah yang berbeda.

Aku sudah melihat banyak peradaban. Berinteraksi dengan banyak ras di jagad raya. Namun hanya di planet Bumi ini aku melihat sesama manusia saling bunuh demi kepentingan agama.

Di jagat raya, memang ada permusuhan. Juga ada pembasmian etnis. Seperti yang dilakukan makhluk planet Ozx di Kuadran Zic yang membasmi habis penduduk ras Gkt8 di Nebula Swarda. Namun, yang aku tahu, tak ada satu pun ras di jagat raya yang membasmi ras lain hanya karena berbeda keyakinan.

Di Bumi, perang atas nama agama sudah berlangsung berabad-abad. Dan di era digital, di era media sosial dan komputer tablet, pembunuhan atas nama agama masih saja terjadi. Yang terbaru adalah upaya memusnahkan etnis Rohingya yang beragama Islam di belantara Burma.

***

Di Indonesia, sepanjang yang aku amati, sentimen atas nama agama masih cukup tinggi. Kecurigaan pada pihak beragama lain masih ada dan terpelihara. Isu Kristenisasi dan Islamisasi masih bertumbuh subur di berbagai daerah.

Padahal, Indonesia punya sejarah kelam terkait konflik horisontal berbasis agama di sejumlah daerah. Sejarah kelam itu seharusnya menjadi pengingat untuk menyadari realita, bahwa di negara bernama Indonesia memang dihuni masyarakat yang agamanya berbeda.

Bahwa perbedaan itu realita, itu harus disadari. Dan disikapi dengan bijaksana.

***

Untunglah, di berbagai tempat, benih toleransi dan saling menghormati telah tumbuh dengan subur. Di dekat tempatku tinggal, ada gadis remaja yang masih SMA bernama Cecillia, beragama Kristen, yang setiap pergi dan pulang sekolah selalu bersama rekannya, Aisyah yang Muslim. Setiap aku lihat, Cecillia yang mengenakan kalung salib dan Aisyah yang mengenakan jilbab nampak rukun. Sesekali mereka cekikikan khas remaja. Terkadang mereka berbincang serius layaknya anak muda.

Di tempat aku indekos (oh ya, sebagai Alien yang menyamar sebagai manusia, aku indekos di asrama yang mayoritas penghuninya adalah mahasiswa), juga terdiri dari berbagai agama. Tempat kosku bisa disebut sebagai Indonesia versi mini karena penghuninya datang dari berbagai wilayah Indonesia dengan berbagai agama.

Di saat tertentu, ada juga perdebatan soal agama. Ada saling tanya jawab. Namun umumnya dialog agama itu berakhir dengan sama-sama saling senyum. Dalam banyak kesempatan, pihak-pihak yang sebelumnya adu argumentasi dengan sangat keras dan ngotot mengakhiri perdebatan dengan... makan  bakso bersama di warung sebelah (dan seperti layaknya mahasiswa, bayarnya masing-masing, hehehe)

Di Bulan Puasa seperti sekarang, pihak non Muslim cukup tahu diri dan tak mau 'memberi cobaan' kepada rekannya yang puasa. Mereka yang tak puasa memilih makan diam-diam di kamar, atau makan di luar, di rumah kerabat yang juga tidak puasa...

***

Di Indonesia, isu agama sangat sensitif. Bahkan untuk kasus yang sebenarnya tidak terkait agama, seperti konflik Israel-Palestina pun kerap dibubuhi sentimen agama. Padahal, konflik Israel-Palestina bukan tentang agama, tapi politik, terutama perebutan wilayah. Sayang, banyak warga Indonesia yang salah paham soal itu.

Di Kompasiana pun, isu agama masih tetap seksi. Hal terkait agama cukup digemari, dan bersaing dengan tema sepakbola terutama konflik PSSI vs KPSI.

Tentu, diskusi tentang agama akan menarik jika semua pihak saling menghormati. Saling menghargai. Tidak mudah memang, dan kelihatannya tak semua Kompasianer bisa melakukannya...

***

Aku ingat, tak lama setelah terdampar di Bumi, aku melihat seorang pemuda mengenakan kaos yang tulisannya menarik. Bunyi tulisan di kaos itu adalah: Tuhan, agamaMu apa?

Aku pikir, tulisan di kaos itu bisa menjadi pengingat bagi manusia bumi yang mengaku beragama. Bahwa Sang Pencipta itu baik kepada semua orang. Bahwa mereka yang berbeda keyakinan pun punya hak untuk hidup. Bahwa planet Bumi masih cukup luas untuk ditempati oleh mereka yang beragama berbeda.

Bagaimana pendapat Anda, manusia Bumi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun