Mohon tunggu...
Muhammad Alief Putra Iskandar
Muhammad Alief Putra Iskandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar

halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Norma Sosial Warga Desa Buntu: Pengamatan Untuk Pembelajaran

3 April 2024   08:29 Diperbarui: 4 April 2024   11:35 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi local immersion

Pada malam tanggal 3 Maret, kami kelas 10 Sekolah Global Prestasi memulai perjalanan local immersion kami ke desa Buntu, Wonosobo. Kami naik bus yang berangkat malam hari pada hari Minggu tanggal 3 Maret dan tiba disana pagi hari pada hari Senin tanggal 4 Maret. Sesampainya disana kami dibagi 2 orang / rumah sebagai tempat singgah kami di desa Buntu. 

Saat disana, Adab warga Desa Buntu merupakan salah satu hal yang saya amati dan juga hal yang patut dicontoh dan dipelajari. Di sana, sikap ramah, sopan, dan saling membantu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa aspek adab yang tercermin dalam perilaku warga Desa Buntu.

Keharmonisan dan guyub rukun, meskipun Desa Buntu mengalami perkembangan infrastruktur, keharmonisan dan kerukunan antarwarga tetap terjaga. Warga tidak membedakan berdasarkan agama atau kepercayaan. Agama di desa ini bukanlah warisan turun-temurun, melainkan proses pencarian individu. Setiap orang memiliki kebebasan untuk menemukan agamanya sendiri.

Agama ageming aji, dalam pandangan orang Jawa, agama adalah pakaian orang mulia. Seperti berpakaian, agama harus membuat jiwa merasa nyaman. Jika agama tidak "nyaman" bagi jiwa, maka itu bukanlah agama yang sesuai. Urusan agama adalah urusan pribadi dengan Sang Pencipta, dan tidak ada respon terhadap agama lain. Sikap menghargai sesama dan menjaga sopan santun diajarkan sejak dini.

Kebhinekaan dan harmoni, desa Buntu dikenal sebagai miniaturnya Indonesia dalam wujud kebhinekaan. Meskipun mayoritas suku Jawa, warga memiliki beragam keyakinan, termasuk Islam, Hindu, Buddha, Nasrani, dan kepercayaan lainnya. Semua hidup berdampingan dengan harmonis. Ini menegaskan bahwa keragaman agama dan budaya tidak hanya terjadi di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat lokal di berbagai komunitas di seluruh negeri. Desa Buntu menjadi contoh bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan dan sumber kekayaan bagi suatu masyarakat.

Kemurahan hati, sejak awal kita sampai disana warga desa buntu sudah menunjukkan kemurahan hati dan keterbukaan mereka kepada warga luar. Mereka mempersilahkan kami, untuk tinggal bersama mereka di desa mereka untuk pembelajaran sekaligus pengalaman untuk kami. Menurut teori Herbert Spencer tentang "keuntungan akan kemurahan hati", Spencer berpendapat bahwa pemberian atau kemurahan hati bukanlah sesuatu yang secara inheren baik atau moral. Menurut pandangannya tentang evolusi sosial, individu atau kelompok yang terlalu pemurah atau murah hati dapat mempengaruhi kesejahteraan mereka sendiri dan bahkan mungkin membahayakan kelangsungan hidup mereka.

Dengan mengamalkan adab ini, warga Desa Buntu menciptakan lingkungan yang damai dan saling menghormati. Menurut ibu Atminah, warga asli desa Buntu, warga desa buntu memang ramah ramah dan sering menerima orang orang luar yang ingin berkunjung ke desa mereka, salah satunya adalah kami dari siswa-siswi SMA Global Prestasi. Semoga kunjungan kami ke desa wonosobo berkesan dan kami mendapatkan ilmu untuk kehidupan sehari hari kami.

dokumentasi local immersion
dokumentasi local immersion

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun