Mohon tunggu...
Aliefia Diwandana
Aliefia Diwandana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa jurusan Psikologi UIN Maliki Malang angkatan 2013

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Jalan Kita Berbeda Arah

4 Mei 2014   01:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bertemu dengan si doi di daerah kampus. Entah kenapa dari awal ketemu, aku punya perasaan aneh setiap liat doi. Tiap ketemu aku pasti kepikiran, 'kenapa aku ngerasa kenal dia lama banget ya?' tapi di satu sisi, aku nggak pernah kenal dan ketemu doi sebelum sekarang ini. Aku suka banget kalau tiap liat doi, mukanya nggak ngebosenin dan doi care banget sama aku (yah seenggaknya itu yang kupikir), bahkan memori2 bagus sama doi sudah terekam dengan baik di otak. Mulai dari awal ketemu, guyonan sama si doi dan sebagainya.

Tapi sayang, waktu kita cuman 1 semester. Kami terpisah karena berbeda kelas dan berbeda fakultas. Doi kumpul dengan teman2 satu fakultasnya, begitu pula denganku. Sebelum pisah, bahkan doi mulai menjauh dariku, entah apa sebabnya tapi aku yakin dia jelas menjaga jarak dariku.

Semester 2 dimulai, hari baru, dosen baru, dan teman-teman yang baru pula. Aku tidak sekalipun dapat pesan singkat dari doi. Begitu juga aku tidak pernah mengirim pesan apapun padanya. Suatu ketika, teman satu kamarku bicara padaku. "Mbak, kamu tau kalau doi sekelas sama aku?" dan ini jelas membuat otakku bergerak tidak karuan. Hampir 3,5 bulan aku tidak tau kabarnya dan sekarang teman sekamarku berkata seperti itu membuatku sangat senang. Dengan otomatisnya aku berkata, "Beneran? Dia sehat? Pasti bajunya garis-garis." seperti aku ibunya yang udah kenal dia dari lama banget dan jawabannya jelas ya dia sehat dan pake baju garis-garis. Sejak saat itu aku selalu tanya kabar si doi dari temen kamarku, bahkan mungkin temenku ini bosan dengan pertanyaanku setiap hari.

Suatu hari, temen kamarku itu bertanya, "mbak, tau kalau doi suka sama sahabatku?" dan pertanyaan ini jelas menusukku dengan keras. Aku yang selalu aman menyukai si doi tiba-tiba mengetahui fakta itu, seketika berubah pucat. Tapi aku berusaha untuk tersenyum, "gimana ceritanya?", lalu temenku bercerita detail tentang apa yang terjadi selama di fakultas mereka. Dalam hati, aku menjerit. Di saat aku sudah nyaman dengan keadaan ini, si doi meski jauh tapi masih tidak bersama siapa-siapa dan sekarang aku tahu si doi sudah diambil oleh yang lainnya. Kenyataan ini jelas harus kuterima, tidak berarti aku menyerah atas si doi tetapi apapun yang ingin aku katakan padanya, aku tetap menahannya. Apapun yang ingin kulakukan untukknya, aku tetap menahannya dan jika aku ingin mendekati doi, aku menahan diri.

Bahkan saat bertemu si doi, aku hanya bisa memandang. Betapa nyamannya si doi bersama teman-teman yang baru, dibandingkan yang dulu dia lebih bahagia sekarang. Itu yang harus kupikirkan. Perasaanku bukan yang utama saat ini, tapi bagaimana dia bahagia, harusnya aku bahagia. Ya, ketika jalan kita berbeda arah inilah yang akan terjadi. Bukankah ketika kamu menyukai seseorang, kamu bakal ngelakuin apapun buat si doi? Aku rasa ini saatnya. Bukan waktunya untuk mengejar si doi seakan-akan aku terobsesi padanya, tapi ini waktunya untuk jadi dewasa, memikirkan dari kedua belah pihak bagaimana seharusnya kita bahagia. Aku harap tulisan ini bisa menjadi panutan untuk orang-orang di luar sana yang mempunyai masalah yang sama denganku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun