Setiap tahun, ditanggal dan bulan yang sama memperingati "Dies Natalis" Himpunan Mahasiswa Islam, tiba dengan iringan lagu kebanggaan para kader, dan terpasang bendera berwarna hijau hitam, bulan sabit menjadi simbol kekuatannya. Organisasi yang dahulu dibangun oleh tokoh intelektual yang matang akan ilmu pengetahuan, Nur Cholis Madjid, Lafran Pane, dua tokoh besar yang menaruh harapan besar pada kapal tua ini.
78 Tahun sudah kapal bernama HMI ini berlayar di seluruh samudera, di dukung oleh intelektual yang matang, dan perjuangan yang loyalitas. Dahulu, kapal ini menjadi tempat bagi awak kapal untuk berdiskusi, dan bertarung pikiran untuk memperjuangkan negara Indonesia tercinta ini.Â
Bendera HMI menjadi berhala baru untuk kader yang ada di dalamnya. Slogan YAKUSA (Yakin Usaha Sampai) menjadi do'a kepada para kanda tanpa paham maksud dari slogan tersebut. Alih-alih penggadaian intelektual semakin terlihat di era post-Modernism seperti saat ini.
Seremonial Tiap Tahun?
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sudah berumur 78 tahun, dan hari ini adalah hari kelahirannya. Para kader merayakan Dies Natalisnya dengan memasang twibbonize di semua sosial media, hingga lupa akan esensi yang seharusnya mereka jalankan, bukan hanya Seremonial, tetapi merefleksi kembali apa yang sudah dilakukan, evaluasi kembali, dan kilas kembali apa yang cita-citakan oleh para leluhur kita di HMI.
Memang jasad mereka sudah tiada, tetapi jiwa perjuangan yang ada di dalam diri mereka mengalir deras di semua kader HMI (seharusnya). Adakah ruang-ruang diskusi bagi pertanyaan kritis di peringatan Dies Natalis ke-78 ini? masih adakah jiwa-jiwa pemikir untuk kader HMI generasi-Z Â saat ini?Â
Seremonial hanyalah ruang kosong yang didalamnya penuh dengan slogan-slogan kemunafikan, reuni para alumni yang sudah menduduki panggung pemerintahan, tanpa memikirkan ada problem apa di Negara kita ini. Para kader yang seharusnya menjadi penyalur gagasan kritis, kini lebih suka berpenampilan keren dengan memakai muts dan gordon di depan para Adinda-adindanya seraya berkata;
"Saya bisa menjadi seperti ini, karena saya masuk HMI"
Rayuan-rayuan indah keluar dari lisan para orang-orang suci yang sebenarnya ambisi terhadap kekuasaan itu sendiri. Tahun demi tahun, kita terjebak dalam ritual yang sama. Dies Natalis hanyalah menjadi tempat bangga-banggaan karena menjadi kader HMI, tetapi tak tahu maksud para pendahulu mendirikan HMI ini.
Terciptanya Insan Akademis?
Kalimat ini yang sering dibaca hingga dihafalkan oleh kader yang baru ingin mengikuti Basic Training (LK-1) HMI. Setiap mengadakan LK-1 yang di jual tak lain dan tak bukan adalah; Relasi, Sertifikat, Makan, Penginapan, Jodoh kalo beruntung. Pantaskah disebut Insan Akademis? ku rasa tidak.
mengikuti organisasi apapun tidak menjamin Mahasiswa menjadi orang sukses, bisa sesuatu. Karena "Insan Akademis" pada pasal 4 Tujuan HMI tidak di jalankan dengan baik dan benar. Demi membayar kuliah, mereka yang tak mampu rela mengurus HMI demi kuliah hingga menggadaikan isi kepala mereka. Jadilah insan copy-paste, insan AI, insan molor. Para kader yang seperti inilah menjadi salah satu sebab kemunduran HMI. Karena salah kaprah dalam memahami pasal 4 tujuan HMI.