Mohon tunggu...
Ali Fahrudin
Ali Fahrudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

ketidaktahuan membuatku senang....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Bu Susi Jadi Menteri?

30 Oktober 2014   02:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:14 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Laut kita luasnya 15 kali luasnya dari Thailand,tapi hasil lautnya hanya 1/5  Thailand.Itu gila."
Tentunya dari siapa pernyataan itu keluar sudah dapat diketahui bersama. Dan itu adalah cuma salah satu pernyataan yang kemudian memantaskan beliau sebagai salah seorang Menteri.
Bukan mengenai pengetahuannya tentang luas laut dan perbandingan hasil dengan negeri tetangga akan tetapi dari kesadaran beliau bahwa hal tersebut adalah masuk dalam kategori "gila". Jadi sesiapapun yang selama ini tidak menyadari dan mengetahui hal tersebut atau bahkan lebih parahnya tahu dan punya kemampuan untuk mengungkap dan merubahnya tetapi diam saja adalah standar dari kewarasan.
Ada satu kata lagi,yaitu "gendeng" keluar dari kosakata Bu Susi ketika berkomentar tentang ikan jenis Black Tiger yg diklaim Malaysia padahal asalnya dari fifty seven zone (zona 57) yang jelas berada di wilayah Indonesia. Dan ini baru satu hal saja.
Dan sebenarnya yang menyenangkan lagi adalah hanya dalam beberapa jam menjadi Menteri dengan sebuah dialog sederhana dengan seorang Dirjen mengenai jumlah kapal diatas 30 GT (gros ton) langsung dijawab dengan tangkas jumlah pastinya. Terbayang hal itu sudah diluar kepala jawabannya,namun kemudian ketika ditanyakan hasil pertahunnya maka Bu Susi tidak perlu memakai kalkulator menemukam kegilaan lain,dan akal sehatnyapun langsung bisa menentukan bahwa kewajaran penghasilannya adalah minimal 15 kali lipat dari yang selama ini disetorkan ke kas negara. Sebenarnya tidak perlu pintar untuk mengetahui hitung hitungannya tersebut,juga tidak butuh ahli dalam hal perikanan,perkalian setingkat SD,makanya Bu Susi yang tidak sampai lulus SMU pun langsung mengetahuinya.
Nah,kegilaannya adalah,apakah selama ini tidak diketahui hal tersebut. Dan pastinya hal itu tidaklah mungkin. Maka merupakan sindiran dan hantaman yg telak saat itu jika dengan kalem Bu Susi merendah dengan jenjang pendidikannya. Jadi selama ini bagaimana mereka? Sungguh informasi yang selama ini menjadi kewajaran naik tingkat menjadi kegilaan. Dan sekali lagi,itu baru dua hal saja pada hari pertama.
Silahkan hujat beliau dengan segala kenyentrikannya,atau apa adanya beliau begitu. Bahkan merokokpun dipermasalahkan.Memang secara etika itu bisa diperdebatkan,tapi standar etika kegilaan mana lagi yang hendak dipakai?
Lebih malu lagi adalah ketika membaca atau mendengar suara keraguan tentang Bu Susi mengenai pendidikan dan kapabilitasnya,semoga yang mengutarakan dan menulis itu berkaca terlebih dahulu dan membawa kacanya dan menghadapkan pada siapapun yang dipandangnya lebih pantas.Kepantasan apalagi hal itu,yang mestinya adalah kegilaan yang menjadi wajar.
Ketika tampil apa adanya lebih di bully daripada tampilan munafik,ketika etika sederhana terbalik dikalahkan dengan kepentingan yang lebih besar.Jokowi tidaklah sembrono dalam memilih menteri,apalagi yang dari kalangan profesional,terlepas dari berbagai kepentingan yang dihujatkan.Tidak perlu sarjana untuk mengetahui hal itu,hanya butuh nurani dan kejujuran.Tidak sempurnanya menunjukkan dia masih manusia.
Dan aku akan bertambah kegilaanku jika meneruskan tulisan ini.Salam waras.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun