Mohon tunggu...
Alief El_Ichwan
Alief El_Ichwan Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis

mantan wartawanI Penulis LepasI Menulis artikel-cerpen-puisi-perjalan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Modal Bandung Jadi Kota Sepeda

11 Januari 2017   16:38 Diperbarui: 12 Januari 2017   16:18 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Didi Ruswandi, Kadishub Kota Bandung

Keinginan walikota Bandung, Ridwan Kamil atau kang Emil menjadikan Kota Bandung sebagai kota sepeda, bukanlah muluk-muluk. Atau hanya sekedar menggantang asap. Dengan prinsip, asal ada kemauan pasti ada jalan. Kang Emil sedang ngabaladah jalan itu. Meski jalan di kota Bandung, yang memiiki lajur sepeda masih sebagian kecil. Namun, menjadikan Kota Bandung tak harus terpaku harus ada jalur sepeda. Meski fasilitas ini, disyaratkan dalam UU no. 22 tahun 2009. Yang telah diundangkan secara efektif sejak 1 April 2010.

Sebenarnya bersepeda di kota-kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya penuh resiko.  Namun seperti dikatakan  John Forester, pakar transportasi dengan moda sepeda, dia berpendapat bahwa pesepeda mendapat manfaat terbaik manakala mereka bertindak dan diperlakukan sebagai pengemudi kendaraan (bermotor). Istilahnya, vehicularcycling untuk menamai "gaya" bersepeda di negara asalnya, Inggris, yang berbeda sama sekali dengan yang berlaku di Amerika Serikat.

Menurut dia, di Inggris bersepeda biasa dilakukan dengan cara yang memenuhi kaidah berkendara di jalan pada umumnya--bahwa pengguna jalan sama-sama mematuhi peraturan yang diberlakukan untuk mengendalikan lalu lintas. Sehingga, pesepeda merasa dan bertindak layaknya pengemudi kendaraan bermotor, maka di Amerika, tempat dia kemudian bermukim. Banyak kota di sana yang tak mementingkan jalur khusus.

Pesepeda dan aktivis sepeda menganut anjuran Forester sedemikian rupa hingga istilah "mengambil alih jalur" jadi slogan kampanye. Padahal di berbagai negara pesepeda masih diwajibkan berkendara di posisi paling tepi, tapi pengikut Forester dengan gagah berani mengambil jatahnya di jalan. Pesepeda saat gowes seolah-olah tak takut di depan barisan mobil, meski harus  disemprot klakson di belakangnya. Namun keadaan ini, menjadi pemandangan umum.

Meski jalur sepeda masih sedikit, disisi lain jalur sepeda tak memakai pembatas. Sehingga seringkali direbut pengendara kendaraan bermotor. Meski begitu Kang Emil, merintis jalan lain. Yaitu adanya program  yang dinamai bike sharing akan membangun 30 stasiun sepeda di Kota Bandung, sedangkan armada sepeda yang disediakan sebanyak 350. Dengan dana Rp 7,6 miliar, yang berasal dari pemerintah kota dan programnya yang dilelang kepada kalangan pengusaha ini, direncanakan akhir tahun, dan stasiun-stasiun itu diharapkan berfungsi awal tahun depan. (Pikiran Rakyat, 22 Agustus 2016).

Upaya lain, yaitu membagikan sepeda pada pelajar yang getol bersepeda. Sudah ada lima pelajar yang mendapat bagian dalam program back to school ini. Sementara itu, setiap hari Jum’at Diaspora Kota Bandung selalu melakukan gowes bareng. Selain itu, berbagai kegiatan dengan melibatkan  komunitas sepeda.

Saat ini, fasiitas anyar kembali digulirkan, yaitu sebuah terobosan baru sedang direncanakan saat ini oleh Dishub Kota Bandung. Melalui akun facebook pribadinya, Kadishub Kota Bandung Didi Ruswandi, menginformasikan bahwa Bus Kota atau TMB nantinya bakal difasilitasi rak sepeda khusus. Dengan begitu, para pelajar atau pengguna sepeda nantinya bisa membawa sepeda masing-masing ke dalam Bus Kota. Didi mengatakan, saat ini ia juga sedang mengecek progress prototype rak sepeda tersebut."Kelak  boleh bawa sepeda naik Bus Kota," kata Didi, (PRFM,11/11/2016).

Kadishub Kota Bandung, Didi Ruswandi, begitu bersemangat untuk mewujudkan Bandung sebagai kota sepeda. Berbagai kegiatan yang berkaitan sepeda, terutama memberi suport pada pelajar tak henti dilakukan. Sebagai orang nomor satu di Dinas Perhubungan Kota Bandung, dia juga merancang bus kota yang dapat mengangkut sepeda. Sehingga pesepeda bisa mengakses moda transportasi masal ini, apabila kelelahan karena jaraknya terlalu jauh.

Sebenarnya, Kota Bandung tanpa disadari atau tidak, memiiki sejumah modal lain untuk menjadi kota sepeda. Sebut saja, jalur sepeda di kota Bandung sangat lengkap. Entah untuk off road melalui jalan setapak dengan pemandangan yang indah. Ditambah jika musim hujan bisa “sosorodotan”. Atau on road dengan motto “nga nanjak nga asyik”. Meski tak semuanya berada di wilayah kota Bandung, namun lokasi jalur sepeda yang berada di Selatan dan di Utara, kegiatan ini menggairah tumbuhnya pesepeda di kota kembang ini. Selain itu, bagi pesepeda dari luar kota mengambil titik kumpul (tikum) selalu dari Kota Bandung.

Keberadaan jalur sepeda ini, tidak lepas dengan keberadaan tempat wisata. Pada awal mulanya paling terkenal, sebut saja Warung Bandrek (Warban) dan Caringin Tilu (Cartil), Lembang, Palintang dengan jalur “teletubis”-nya di Bandung Utara dan Timur. Sedangkan di Bandung Selatan, selain Ranca Upas, Situ Cileunca, Gambung, perkebunan teh Sentosa, Situ.

Sekarang lebih berkembang lagi, dengan objek wisata lainnya, seperti Puncak Bintang, Tebing Keraton. Begitu juga di Selatan, seperti Leuweung Datar, Puncak Jaya, Andes, bahkan Jembatan Monteng pun serta fasiltas PON yqang diselenggaran di Jabar, seperti untuk gantole di Cililin Bandung Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun