Mohon tunggu...
Muh AliefAminullah
Muh AliefAminullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar

Seorang maba yang lagi mencari kegiatan karena sudah bosan rebahan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran Punya Siapa?

17 Maret 2023   23:00 Diperbarui: 17 Maret 2023   22:57 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap manusia mempunyai hal yang dianggap dan dipercaya sebagai sebuah kebenaran, sesuatu yang selama ini mereka junjung sebagai hal yang paling benar.

Lantas apakah kebenaran yang selama ini kita percaya adalah benar sebuah kebenaran? atau hanya sebuah "pembenaran" belaka?

Kebenaran manusia sejatinya terlahir dari data-data yang dikumpulkan, baik karena melakukan riset terlebih dahulu, ataupun lahir dari sebuah pengalaman yang dialami oleh manusia tersebut. Lalu data-data dan pengalaman tersebut menjadi suatu benang yang menyambung satu sama lain dan dianggap logis yang lalu menciptakan suatu pikiran di otak kita yang pada akhirnya kita anggap sebagai kebenaran.

Jadi, wajar saja jika setiap individu memiliki kebenaran yang berbeda, karna data yang dikumpulkan serta pengalaman yang dialami tiap individu itu berbeda.

Kebenaran manusia pun bersifat dinamis, karena di setiap harinya, manusia selalu menemukan data baru serta pengalaman yang baru pula, yang membuat pandangan terhadap kebenaran mereka bisa saja berubah.

Sebut saja para tabib dari tiongkok pada abad ke-dua. Mereka mempercayai bahwa merkuri cair dan merkuri sulfida dapat menambah vitalitas manusia serta memperpanjang umur, bahkan ada sebagian tabib yang menjanjikan keabadian serta kesaktian jika meminum ramuan yang terbuat dari merkuri. Yang mana saat ini kita mengetahui bahwa merkuri merupakan zat berbahaya. Jika masuk ke tubuh manusia, dapat menimbulkan banyak gangguan pada banyak sistem tubuh manusia, dan bahkan bisa menyebabkan kematian.

Qin shi huang seorang kaisar dari dinasti qin yang diduga meninggal karena menelan beberapa pil merkuri yang diklaim oleh tabibnya dapat membuat seseorang menjadi abadi.

Kebenaran masing-masing individupun itu berbeda, tergantung dari sisi mana mereka mengambil sudut pandang.

Misalnya seseorang yang mencuri makanan, karena jika dia tidak mencuri dia akan meninggal kelaparan, dan tidak ada cara lain, selain mencuri makanan. Jika kita mengambil persepsi dari kaca mata hukum, dia jelas bersalah karena melakukan pencurian, apapun itu alasannya, mencuri tetaplah suatu perbuatan yang salah.

Tetapi, jika kita mengambil persepsi dari sudut pandang kemanusiawi-an, dia tidaklah bersalah. Dia hanya ingin menyambung hidupnya, dan mencuri hanyalah satu-satunya cara yang bisa ia lakukan agar terus bisa bertahan hidup. Dan jelas bukanlah suatu hal yang salah jika seseorang memperjuangkan hidupnya

Lalu dimanakah letak kebenaran yang mutlak itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun