Sebenarnya tak jadi masalah bicara perbedaan apa saja. Karena perbedaan itu sunatullah. Yang terpenting adalah jangan sampai perbedaan itu membuat kita bersikap berbeda atau bahkan jadi membenci seseorang. Ini penting ditekankan, lantaran hanya karena beda pilihan capres, sekte ataupun partai terkadang teman bisa jadi tidak akrab, rasa persaudaraan dengan keluarga sendiri bisa agak redup, sungguh sangat disayangkan.
Ahli psikologi amerika setelah melakukan studinya 10 thun mengemukakan bahwa ada yg namanya "aliran jebakan' yaitu manusia terkotak2 hanya karena egoisme agama ,sekte, negara, partai politik atau organisasi.
Contohnya kita lihat teroris isis, orangnya bisa jadi baik banget, mungkin klo tetanggaan sama mereka kita akan dikasih apem atau hadiah apa saja (secara individu baik), tetapi karena "aliran jebakan" tadi yaitu dia TERIKAT oleh aliran ideologi mati syahid maka dia tidak segan2 memenggal kepala bahkan kepada sesama muslim. Jika teroris terikat itu, maka ikatan ikatan lain pada masyarakat bisa bukan hanya karena ideologi, namun bisa disebabkan oleh ikatan ekonomi, politik, fatisme agama, suku dan lain lain.
Gusdur juga pernah mengatakan kalau mau bikin konflik bikin aja organisasi hhe, bukan maksud organisasi tidak bisa memberi manfaat tapi dikarenakan jika berorganisasi manusia akan terjebak pada egoisme organisasi (bisa gontok gontokan antar ormas hehe) walaupun, dalam individu perserorangan mereka baik2. Maka adab diskusi adalah menghargai perbedaan. Dan mencari persamaan persamaan. Agar tidak terjebak pada 'shared thought' (sebuah pemikiran bersama yang menjebak kita untuk menjadi fanatik).
Seperti saya sebut tadi. Partai politik dan dukung capres cagub pun bisa menjadi belenggu kita terjebak dalam bersikap membenci orang. Semoga hati kita tetap bersih, berbeda boleh namun hati harus tetap dingin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H