Suatu saat saya pernah membuat status di Facebook saya : Aku kagum terhadapnya, bukan karena apa-apa hanya karena “dia manusia biasa yang memiliki semangat yang luar biasa”…
Secara umum itulah hal yang membuat saya bisa bangga terhadap seseorang, dalam hal ini lawan jenis yang sepantaran dengan saya.
Namun sesaat saya mempost status itu, banyak pertanyaan yang terlontar “kalau itu yang jadi alasan kagum kagum sama orang, yah. bakal banyak dong orang yang bisa buat lo kagum ?”. Sebetulnya itu salah satu alasan mendasar atas kekaguman saya, masih ada beberapa alasan pendukung yang membuat saya akhirnya mampu kagum terhadap seseorang…
Sebelum saya menjelaskan satu persatu alasanya, saya mau cerita sedikit tentang Dia dan saya. Saya memiliki banyak kesamaan dengannya, saya pemikiran dengannya, saya nyaman berbincang-bincang dengannya, saya selalu bisa menjadi diri saya apa adanya di depannya.
Pertama,
Seperti halnya status Facebook saya : Aku kagum terhadapnya, bukan karena apa-apa hanya karena “dia manusia biasa yang memiliki semangat yang luar biasa”… Dia memang biasa, manusia normal pada umumnya. Namun, semangatnya mengejar cita-cita sangat luar biasa. Saya tidak pernah mendengar Dia mengeluh, saya tidak pernah melihat Dia lelah atau letih, saya selalu melihat semangatnya. Wanita yang memiliki semangat tinggi dan hidup dari mimpi-mimpi.
Ya..Darinya saya belajar untuk bangkit dan tetap bisa semangat untuk tegar berdiri mengejar mimpi-mimpi.
Ke dua,
Dia memang bukan siapa-siapa, kesederhanaan Dia yang membuat saya mampu bercermin bahwa sebetulnya “orang-orang luar biasa itulah” yang mampu menyembunyikan kehebatannya dan membiarkan orang tahu dengan sendirinya. Kesederhanaan yang akhirnya menimbulkan suatu penghargaan yang luar biasa terhadapnya.
Ya…Darinya saya belajar untuk tetap sederhana, rendah hati dan membiarkan orang yang menilai diri saya dengan sendirinya.
Ke tiga,
Seorang wanita muda dari keluarga biasa saja, dari kalangan sama seperti saya, tapi yang membedakannya “Dia memiliki mimpi seolah-olah Dia yang memiliki dunia ini”. Dia tidak minder tapi Dia percaya diri, bahwa semua manusia memiliki kesempatan yang sama. Dia mampu meraih satu demi satu mimpinya, dengan memaksimalkan potensi yang ada didalam dirinya. Dia hebat!!!!
Darinya saya belajar bahwa saya sama seperti mereka, saya pun mampu menunjukkan kepada dunia kalau saya bisa seperti orang-orang hebat diluar sana.
Ke empat,
Kebaikkan dan ketulusan tanpa pamrih, itulah Dia. Siapapun Dia bantu, Dia tidak pernah memilih dalam berbuat baik. Dia punya prinsip “Hidup adalah untuk berbagi kepada sesama”. Mungkin banyak orang yang memang mudah untuk berbagi namun bisa dikatakan pasti ada “suatu niat” yang melandaskannya. Entah ikhlas atau bukan, saya tidak pernah tahu. Tapi saya selalu melihat ketulusan dimatanya. Saya pun selalu merasakan kebaikkannya, terimakasih.
Ya…Darinya saya berlajar ilmu ketulusan dan kebaikkan.
Ke lima
Ya itulah Dia, mungkin sebagian Anda berfikir, Dia adalah wanita yang kutu buku, pendiam dan lain-lain. Tapi tidak untuknya, meski Dia hobi baca, hobi nulis, pake kacamata, penampilannya sederhana (sisi lain seorang Dia, yang merupakan kriteria wanita idaman saya) tapi Dia tetap “Gaul”, Dia punya banyak teman, Dia disenangi semua orang, Dia update tentang segala hal.
Ya…ternyata pintar dan cerdas tidak harus jauh dari lingkungan sosial, seperti halnya Dia.
Ya…Darinya saya belajar untuk tetap menikmati hidup dengan tetap memegang prinsip dan tetap mengerjar cita-cita setinggi mungkin tanpa harus egois memikirkan diri saya sendiri.
The Last,
“Imannya sekuat batu karang”…
Yang membuat saya yakin, bahwa Dia mampu menjadi yang baik, yang merupakan landasan dari semua hal untuk hidup “baik” di dunia ini. Menjadi teman saja, Dia mampu mengajari saya banyak hal.
Itu lah Dia…
Saya mengenalnya sudah cukup lama, namun baru sekarang saya bisa “mengenalnya lebih dalam”.
Saat Dia datang beberapa bulan yang lalu, saat saya sedang terpuruk.
Semuanya memang sudah diskenariokan. Dia datang pada saat yang tepat.
Dia memampukan saya menangis kembali, saat air mata ini telah kering beberapa bulan lamanya…
Dia memampukan saya untuk kembali tertawa tanpa dusta, saat sekian lama semua tawa yang keluar hanyalah drama sederhana untuk menutupi segala duka…
Dia memampukan saya kembali menjadi Ali yang dulu “penuh ambisi, penuh semangat dan hidup dengan meraih berjuta-juta mimpi”…
Dia yang akhirnya membuat saya sadar “bahwa saya sangat berharga” yang akhirnya memampukan saya “menghargai diri saya sendiri”…
Dia…
Terima kasih untuk Dia..
Mungkin Dia tidak pernah menyadari kekaguman saya terhadapnya, saya tidak akan pernah mengatakannya. Biarlah Dia tahu dengan sendirinya.
Entah teman di dunia, sahabat, atau teman dunia akhirat ending dari kisah “kekaguman” saya ini. Yang jelas saat ini Dia adalah Dia, aku bahagia mengenal sosok sepertinya, aku bahagia bisa menjadi salah satu teman dihidupnya.
-Saya hanyalah laki-laki yang hanya mampu mengagumi tanpa ada hak untuk meminta dikagumi kembali.
-Saya hanyalah laki-laki yang hanya mampu selalu memperbaiki diri untuk dapat mendapatkan wanita yang memang sesuai dengan kebaikan diri yang saya miliki.
-Saya bangga sebagai laki-laki.
Untuk kali ini saya tidak berharap apa-apa, karena saya telah bahagia menjadi temannya. Biarlah Tuhan jaga hati saya untuknya, dan kalau memang jodoh Tuhan pasti akan jaga hati Dia untuk saya . . .
Siapa Dia? ?
Dia bukan siapa-siapa, tak ada satupun yang mampu menebaknya, sekalipun Dia. Dia hanya sosok yang saya sangat kagumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H