Itu lah Dia…
Saya mengenalnya sudah cukup lama, namun baru sekarang saya bisa “mengenalnya lebih dalam”.
Saat Dia datang beberapa bulan yang lalu, saat saya sedang terpuruk.
Semuanya memang sudah diskenariokan. Dia datang pada saat yang tepat.
Dia memampukan saya menangis kembali, saat air mata ini telah kering beberapa bulan lamanya…
Dia memampukan saya untuk kembali tertawa tanpa dusta, saat sekian lama semua tawa yang keluar hanyalah drama sederhana untuk menutupi segala duka…
Dia memampukan saya kembali menjadi Ali yang dulu “penuh ambisi, penuh semangat dan hidup dengan meraih berjuta-juta mimpi”…
Dia yang akhirnya membuat saya sadar “bahwa saya sangat berharga” yang akhirnya memampukan saya “menghargai diri saya sendiri”…
Dia…
Terima kasih untuk Dia..
Mungkin Dia tidak pernah menyadari kekaguman saya terhadapnya, saya tidak akan pernah mengatakannya. Biarlah Dia tahu dengan sendirinya.
Entah teman di dunia, sahabat, atau teman dunia akhirat ending dari kisah “kekaguman” saya ini. Yang jelas saat ini Dia adalah Dia, aku bahagia mengenal sosok sepertinya, aku bahagia bisa menjadi salah satu teman dihidupnya.
-Saya hanyalah laki-laki yang hanya mampu mengagumi tanpa ada hak untuk meminta dikagumi kembali.
-Saya hanyalah laki-laki yang hanya mampu selalu memperbaiki diri untuk dapat mendapatkan wanita yang memang sesuai dengan kebaikan diri yang saya miliki.
-Saya bangga sebagai laki-laki.
Untuk kali ini saya tidak berharap apa-apa, karena saya telah bahagia menjadi temannya. Biarlah Tuhan jaga hati saya untuknya, dan kalau memang jodoh Tuhan pasti akan jaga hati Dia untuk saya . . .
Siapa Dia? ?
Dia bukan siapa-siapa, tak ada satupun yang mampu menebaknya, sekalipun Dia. Dia hanya sosok yang saya sangat kagumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H