Childfree menjadi perbincangan yang sedang marak dikalangan masyarakat Indonesia saat ini. Terutama pada kasus yang belum lama ini viral yaitu Gita Savitri, seorang Influencer sekaligus penulis yang menggalakkan kampanye Childfree di Indonesia melalui akun sosial media Instagram miliknya yang banyak menuai kontroversial dalam perspektif masyarakat. Berbicara mengenai kasus ini, Childfree adalah salah satu bentuk keputusan pasangan untuk memilih tidak mempunyai anak didalam pernikahan.
Biasanya keputusan ini dapat disebabkan karena banyak hal, seperti fokus pada karier yang sedang dibangun, faktor ekonomi yang sulit yang menyebabkan pasangan lebih memilih Childfree, menikah di usia yang masih terbilang sangat muda dan masih banyak faktor lainnya. Childfree sendiri memiliki masing-masing sisi negatif dan positif. Semua kembali lagi kepada orang-orang yang memang memiliki hak dalam kebebasan berpendapat untuk menilai kasus atau fenomena ini.
Terkadang masih banyak juga masyarakat yang salah mengartikan antara Childfree dengan Childless, perbedaan tersebut terletak pada kesadaran manusia dalam memutuskan hal tersebut. Childfree adalah murni dengan kesadaran pasangan dalam memutuskan untuk tidak memiliki keturunan, sedangkan Childless adalah murni dari biologis yang menyatakan bahwa pasangan tersebut tidak bisa memiliki keturunan dan itu sudah tidak bisa diubah bagaimanapun caranya. Childfree adalah solusi bagi anak-anak yang nantinya lahir dalam kehamilan yang tidak diinginkan dan pernikahan yang tidak diinginkan.
Childfree bukanlah suatu tindakan yang memandang bahwa “memiliki keturunan itu menjadi sial dan beban”, tetapi itu adalah sebuah keputusan atau pilihan hidup yang mungkin memang bertujuan menguntungkan dalam hubungan rumah tangga yang akan dijalani.
Childfree memang merupakan solusi yang bagus untuk mengurangi populasi di lingkungan masyarakat, tetapi Childfree juga akan menjadi penyakit bagi generasi seterusnya. Mengapa dikatakan demikian? Karena dengan adanya Childfree ini, pasangan muda yang ingin menikah justru akan mengubah mindsetnya dan menganggap bahwa Childfree adalah hal yang wajar.
Childfree menjadi pro dan kontra dikalangan anak muda saat ini, terutama pasangan muda. Jika dinilai dari sisi positifnya setiap pasangan berhak menentukan pilihan hidupnya masing-masing, termasuk memutuskan untuk tidak mempunyai seorang anak.
Sebagai manusia, kita harus menghormati hak-hak individu untuk mengambil keputusan yang mereka anggap terbaik bagi diri mereka sendiri. Dengan memilih untuk Childfree, maka dapat membantu menurunkan jumlah penduduk yang terus bertambah.
Selain itu juga, dengan memutuskan Childfree maka mereka tidak perlu lagi memikirkan kewajiban sebagai orang tua, mereka bisa fokus terhadap kariernya. Dengan demikian, mereka bisa meraih target hidup mereka serta mendapatkan kebahagiaan lebih banyak. Dan terakhir, mempunyai seorang anak membutuhkan pengeluaran besar untuk jangka waktu yang panjang. Dengan tidak adanya kewajiban itu, mereka bisa menghemat pengeluaran mereka untuk hal-hal lain sesuai keinginan mereka.
Namun disisi lain Childfree memiliki sisi negatif yaitu dengan memilih tidak mempunyai anak, seseorang dapat dipandang sebagai orang yang dianggap tidak memahami dan menghargai nilai-nilai dalam kekeluargaan serta kemasyarakatan. Selain itu apabila tanpa seorang anak untuk mengurus mereka pada masa tua, maka mereka mungkin menghadapi masalah perawatan pada diri mereka sendiri.
Kondisi ini bisa mengurangi kualitas hidup mereka di masa tuanya. Walaupun memutuskan tidak mempunyai keturunan merupakan sebuah keputusan individu, namun tekanan dari lingkungan sosial bisa sangat berpengaruh pada mereka yang membuat keputusan itu. Tekanan sosial ini bisa mengakibatkan terjadinya stres dan konflik pada mereka yang memutuskan untuk tidak mempunyai keturunan.
Akan tetapi, keputusan untuk Childfree bisa menjadi kontroversial akibat adanya harapan sosial bahwa mempunyai keturunan merupakan suatu bagian dari “kehidupan normal”.