Ada sebuah kisah menarik untuk menggambarkan betapa besarnya cinta dan penghormatan keluarga Prabowo Subianto, terutama ayah dan kakeknya, terhadap para pahlawan dan pejuang bangsa Indonesia. Kisah ini berkaitan dengan masa kecil Prabowo Subianto.
Saat itu, ia dan keluarganya tengah di luar negeri. Suatu hari, Prabowo kecil baru saja datang dari sekolah. Ia masih ingat beberapa nama pahlawan Barat yang diceritakan oleh sang guru. Maka dengan perasaan senang, ia menceritakan nama-nama itu kepada sang ayah.
Namun, apa respon sang ayah? Setiap kali Prabowo kecil bercerita tentang tokoh-tokoh besar Barat, sang ayah selalu mengingatkannya dengan nada bangga bahwa Indonesia -- negeri tempat tumpah darahnya, tanah airnya -- tak kekurangan pahlawan yang tak kalah besar, yang tak kalah luar biasa. Para pahlawan yang dalam pandangan ayahnya begitu besar jasa-jasanya untuk keberadaan bangsa ini.
Sang ayah akan menderetkan sejumlah nama: Gajah Mada, Raden Wijaya -- tokoh-tokoh penting dalam kisah kerajaan besar Majapahit; lalu Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin -- era kolonial kuat-kuatnya mencengkeram tanah air. Lalu ia bercerita Hang Jebat, Hang Tuah, Hang Lekir dan Pak Dirman. Sang ayah bahkan berani menyebut nama Sultan Agung sebagai lebih hebat dari Napoleon Bonaparte yang dipelajari Prabowo di sekolah.
Apa yang dilakukan oleh ayah -- atau kakek -- Prabowo Subianto dengan menceritakan nama-nama pahlawan bangsa Indonesia adalah wujud nyata kecintaannya untuk bangsanya. Dan ia ingin agar nama-nama besar pahlawan Indonesia terus diingat oleh Prabowo, membuatnya memiliki semacam kesadaran nasionalisme dan patriotisme yang begitu besar.
Kelak, apa yang disampaikan (diindoktrinasikan) sang ayah kepada Prabowo kecil, membuahkan hasil yang diharapkan: Prabowo menjelma sebagai sosok yang begitu 'dalam' (deep) di dalam mencintai tanah air Indonesia. Kecintaan yang mendalam (deep love) dari Prabowo terwujud nyata dalam kesetiaan, keberanian, dan kesetiaan untuk berjuang di garis terdepan demi Indonesia.
Dalam upaya mencetak patriotisme dan nasionalisme Prabowo, sang kakek juga ikut berkontribusi. Apa yang dilakukan oleh sang kakek salah satunya diwujudkan dengan cara mengajak Prabowo kecil untuk mengenali paman-pamannya yang sudah meninggal, seperti mengajak ke kuburan kedua pamannya, atau sang kakek merapikan baju-baju sang paman -- atau berbagai peninggalan atribut kemiliteran dari sang paman -- untuk diperlihatkan kepada Prabowo kecil.
Didikan itu pun efektif. Terbukti Prabowo, sejak kecil, sudah mencintai kemiliteran. Ia bahkan selalu ingin memakai baju-baju tentara lengkap dengan atribut-atribut keprajuritan lainnya. Demikianlah kisah kecil Prabowo. Demikianlah patriotisme dan nasionalisme keluarga Prabowo Subianto.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI