1. Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg
Lawrence Kohlberg adalah seorang psikolog asal Amerika Serikat yang terkenal karena karyanya dalam bidang perkembangan moral. Teori yang ia kembangkan didasarkan pada penelitian terhadap bagaimana manusia membuat keputusan moral sepanjang hidup mereka. Dalam teorinya, Kohlberg menjelaskan bahwa perkembangan moral terjadi melalui serangkaian tahapan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir individu.
Kohlberg memperluas dan mengembangkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget, khususnya terkait kemampuan berpikir logis dan konseptual yang memengaruhi perilaku moral. Dengan menggunakan dilema moral, seperti dilema Heinz (apakah seseorang boleh mencuri obat untuk menyelamatkan nyawa istrinya yang sakit parah), Kohlberg menyusun teori yang menunjukkan bagaimana individu memandang nilai, aturan, dan prinsip moral pada berbagai tahapan kehidupan.
2. Latar Belakang Lawrence Kohlberg
Lawrence Kohlberg lahir pada 25 Oktober 1927 di Bronxville, New York. Ia berasal dari keluarga kelas menengah atas. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah, Kohlberg menjadi sukarelawan dalam upaya membantu pengungsi Yahudi selama Perang Dunia II, sebuah pengalaman yang membentuk minatnya dalam keadilan dan moralitas.
Pada tahun 1948, Kohlberg masuk Universitas Chicago, di mana ia menyelesaikan gelar sarjananya hanya dalam waktu satu tahun karena tingginya nilai akademik dan kemampuan intelektualnya. Ia melanjutkan pendidikan ke tingkat doktoral di bidang psikologi dan pendidikan di universitas yang sama, di bawah pengaruh teori Jean Piaget dan para pemikir lainnya seperti John Dewey.
Penelitian Kohlberg pada awalnya menggunakan dilema moral yang diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa. Dari tanggapan mereka, ia menyusun teori perkembangan moral yang menjadi landasan dalam psikologi pendidikan, etika, dan filsafat moral. Kohlberg meninggal pada 19 Januari 1987, tetapi warisannya tetap hidup melalui teorinya yang sangat berpengaruh.
3. Tahapan Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg dibagi menjadi tiga tingkat utama, yang masing-masing terdiri dari dua tahap:
1. Tingkat Pra-Konvensional
Tingkat ini biasanya terjadi pada masa kanak-kanak dan didasarkan pada pemahaman moral yang bergantung pada konsekuensi langsung, seperti hukuman atau hadiah.
-
Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Kepatuhan
Pada tahap ini, anak-anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman. Mereka belum memiliki pemahaman mendalam tentang benar atau salah, tetapi lebih berfokus pada konsekuensi tindakan mereka.
Contoh: "Aku tidak boleh mengambil mainan itu karena nanti akan dimarahi." Tahap 2: Orientasi Instrumental dan Relativis
Pada tahap ini, anak mulai menyadari bahwa tindakan moral dapat menguntungkan mereka secara pribadi. Tindakan dianggap benar jika memberikan imbalan.
Contoh: "Aku akan berbagi permen jika kamu juga mau berbagi mainan."
2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, individu mulai memahami pentingnya norma sosial dan bertindak untuk memenuhi harapan orang lain atau menjaga ketertiban.
Tahap 3: Orientasi Keselarasan Antarpribadi
Moralitas didasarkan pada keinginan untuk disukai dan diterima oleh orang lain. Individu mematuhi aturan sosial agar terlihat sebagai orang baik.
Contoh: "Aku akan membantu teman karena itu hal yang baik untuk dilakukan."Tahap 4: Orientasi Hukum dan Ketertiban
Pada tahap ini, individu percaya bahwa mematuhi hukum adalah kewajiban moral untuk menjaga ketertiban sosial.
Contoh: "Aku tidak akan melanggar aturan lalu lintas karena itu melanggar hukum."
3. Tingkat Pasca-Konvensional
Tingkat ini melibatkan pemahaman bahwa moralitas didasarkan pada prinsip-prinsip universal yang melampaui aturan atau hukum yang ditetapkan.
Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial
Individu memahami bahwa hukum dan aturan penting untuk kesejahteraan umum, tetapi hukum dapat diubah jika tidak adil.
Contoh: "Aku mencuri obat itu karena nyawa lebih penting daripada hukum."Tahap 6: Prinsip Etika Universal
Tahap ini adalah puncak perkembangan moral, di mana individu bertindak berdasarkan prinsip moral universal, seperti keadilan, kesetaraan, dan martabat manusia.
Contoh: "Aku menentang diskriminasi karena melanggar prinsip keadilan, meskipun itu diterima oleh masyarakat."
4. Kelebihan dan Kritik terhadap Teori Kohlberg
Kelebihan:
- Menyediakan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan moral.
- Mengintegrasikan aspek rasionalitas dalam pengambilan keputusan moral.
- Dapat diaplikasikan dalam pendidikan dan konseling moral.
Kritik:
- Teori ini dianggap bias gender karena penelitian awalnya hanya melibatkan laki-laki.
- Terlalu menekankan aspek rasionalitas tanpa memperhatikan peran emosi dalam moralitas.
- Tidak mempertimbangkan pengaruh budaya yang berbeda dalam perkembangan moral.
5. Kesimpulan
Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg memberikan kerangka kerja yang berharga untuk memahami bagaimana individu berkembang dalam membuat keputusan moral. Dengan membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkat utama dan enam tahap, Kohlberg menunjukkan bahwa pemahaman moral seseorang berkembang secara bertahap, mulai dari kepatuhan terhadap aturan hingga penerapan prinsip universal. Meskipun teori ini memiliki beberapa kritik, kontribusinya terhadap psikologi dan pendidikan tetap signifikan.