Mohon tunggu...
Gigih Satrio Herlambang
Gigih Satrio Herlambang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Mulawarman

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Hakim di Era Media Sosial: Bisakah Etika Bertahan di Tengah Tekanan Publik?

4 November 2024   15:46 Diperbarui: 4 November 2024   15:46 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial menjadi penting dalam memastikan agar hakim tidak terpengaruh oleh tekanan sosial. Legal opinion menyarankan adanya pengawasan ketat yang tidak hanya melindungi publik, tetapi juga mendukung hakim dalam menjaga independensinya.

Kesimpulan

Dari beberapa kasus yang telah diulas, terlihat bahwa tekanan media sosial terhadap profesi hakim adalah tantangan yang nyata. Namun, etika dan prinsip hukum yang kuat harus tetap menjadi pedoman utama dalam menghadapi tekanan tersebut. Pandangan hukum menegaskan bahwa independensi hakim adalah elemen yang wajib dipertahankan, demi keadilan yang sebenar-benarnya.

Media sosial mungkin dapat mempengaruhi persepsi publik, namun seorang hakim yang beretika tinggi akan tetap berpegang pada kode etik dan prinsip hukum, sehingga keadilan dapat ditegakkan tanpa terpengaruh oleh opini atau tekanan dari luar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun