Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pementasan Dramatisasi Multimedia Gurindam Kalbu Asean di Taman Ismail Marzuki Jakarta

23 Desember 2022   10:21 Diperbarui: 23 Desember 2022   10:31 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 18 Desember 2022 yang lalu menjadi sesuatu yang membahagiakan bagi hampir 62 orang guru se-indonesia. Tampil di atas panggung yang bersejarah disaksikan ratusan penonton, para guru melakonkan gerak dan ekspresi wajah dalam pementasan dramatisasi multimedia gurindam kalbu yang disutradarai Asrizal Nur, sastrawan Multimedia pertama di Indonesia. Pementasan dramatisasi yang ditampilkan di atas panggung Taman Ismail Marzuki Jakarta, sangat berkesan bagi sebagian besar guru yang memerankan masing-masing tokoh. "Ini adalah pengalaman pertama saya bermain peran di atas panggung yang bersejarah, dan sangat senang menjadi bagian dari pertunjukan acara yang spektakuler."Ucap Ali Arief Kusas, satu di antara guru yang berasal dari kota Lhokseumawe, Aceh. 

Peran yang diberikan sangat sesuai dengan isi gurindam yang ditampilkan dalam dramatisasi tersebut. Mulyo, guru dari kota Lhokseumawe yang memerankan tokoh ulama begitu antusias berdialog dengan Winda Harniati, berasal dari Riau yang juga pemenang pertama pembaca gurindam kalbu. Dalam pementasan dramatisasi gurindam kalbu tersebut, Ibu RD Kedum sebagai asisten sutradara yang berasal dari Lubuklinggau Sumatra Selatan bersama Pak Eeng sebagai penata gerak, membagi dua kelompok tokoh hitam dan tokoh putih. Tokoh hitam dan putih dijadikan simbol kehidupan yang sering terjadi di dunia politik maupun birokrasi serta kondisi masyarakat saat ini. Dengan pementasan dramatisasi multimedia gurindam kalbu ini diharapkan semakin kembali bersinar puisi lama yang banyak mengandung petuah, seperti di masa gurindam dua belas Raja Ali Haji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun