Aku bukan kau...
mampu tersenyum manis di saat duka melanda
tak peduli diri dicaci separuh hati terkunci mati
tertutup untuk bercermin seperti tiada wajah
terbungkam mulut dan lidah jujur bertutur
hanya sebagai kiasan yang katanya makmur
Kau bukan aku...
yang merintih dan menahan perih mengais rezeki
yang tertutup mata melangkah tanpa suara
yang menanti kebenaran tak untungkan diri
yang merasa tergantung ketika harga melambung
Bukan aku tetapi kau...
menuntut warga untuk tunduk dan patuh
pada dua sisi yang hanya taat pada petisi
tak ragu bertindak seperti memotong nadi
datang dan pergi sesuka hati
Kau bukan sesuatu untukku...
yang tak menghargai akan perjuangan hidup
'tuk lepaskan rantai belenggu penjajah bangsa
dari kemiskinan dan kezaliman tangan perkasa
yang tertutup mata dan hati langgar hak asasi
saat ucapan tiada memberi makna berarti
Aku Bukan kau...
berani berucap seribu janji hanya sebatas mimpi
silih berganti meniupkan mutiara kata bijaksana
tak hiraukan kritik rakyat yang sengsara
seakan diri berkuasa terus di atas singgasana
tertahan pujian yang kelak menghancurkan
napas di ujung tenggorokan saat kematian
Aku bukan kau...
lelap mata dan pikiran demi sebuah genggaman
yang mungkin tak mampu disingkirkan
sebatas ilusi kehidupan kelak akan hilang
(Ali Kusas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H