Sebagai patung dengan kepala-kepala yang dipahat mewah. Tiga kepala terlihat jelas, dengan angsa dan teratai dibawahnya, serta kedua tangan di posisi meditasi memegang teratai." Sosok Brahma dalam prasasti ini biasanya digambarkan duduk dalam posisi padmasana atau teratai, melambangkan ketenangan, kebijaksanaan, dan kekuatan penciptaan. Brahma, sebagai dewa pencipta dalam Trimurti Hindu, sering digambarkan dalam sikap meditasi untuk menunjukkan perenungannya terhadap alam semesta dan proses penciptaan.
Posisi duduk teratai dalam prasasti ini memiliki makna filosofis yang mendalam. Teratai melambangkan kemurnian dan kesucian, karena bunga ini tumbuh di air berlumpur tetapi tetap bersih dan indah. Tangan Brahma yang berada dalam posisi meditasi mencerminkan kedamaian batin dan keseimbangan spiritual, mengajarkan pentingnya ketenangan pikiran dalam mencapai kebijaksanaan. Prasasti Brahma tidak hanya merepresentasikan nilai-nilai spiritual, tetapi juga memperlihatkan bagaimana budaya lokal mengadaptasi ajaran Hindu yang berasal dari India.
C. Prasasti Durga MahisasuramardiniÂ
"Dewi Durga Mahisasuramardini menempati relung Utara candi Hindu Saiwa. Durga dikenal sebagai sakti (pasangan) Dewa Siwa dalam aspek Khodam (marah). Berbekal banyak senjata pemberian para dewa, Dewi Durga berhasil mengalahkan raksasa kerbau Mahisasura sehingga disebut Durga Mahisasuramardini."
Dalam prasasti ini, Dewi Durga digambarkan berdiri dengan penuh wibawa, memiliki beberapa tangan yang masing-masing memegang senjata seperti cakra, trisula, pedang, atau busur panah. Sosok Durga sedang menaklukkan Mahisa yang biasanya digambarkanÂ
dalam wujud kerbau atau setengah manusia, setengah binatang. Adegan ini menggambarkan kemenangan kebenaran atas kekuatan jahat dan merupakan simbol kekuatan perempuan yang tangguh.
Prasasti Durga Mahisasuramardini adalah salah satu peninggalan bersejarah yang menampilkan dewi Durga dalam wujud Mahisasuramardini, yakni sebagai penakluk asura (iblis) berbentuk kerbau bernama Mahisa. Sosok Durga Mahisasuramardini sangat penting dalam tradisi Hindu, melambangkan kekuatan, keberanian, dan perlindungan terhadap kebaikan melawan kejahatan. Prasasti atau arca ini sering ditemukan di situs-situs arkeologi Hindu di Indonesia, seperti candi-candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno, Singhasari, atau Majapahit.
Kehadiran Durga juga menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap peran dewi sebagai pelindung dan penegak dharma (kebenaran). Dalam konteks kerajaan, prasasti semacam ini sering digunakan untuk menunjukkan legitimasi kekuasaan raja, yang dianggap mendapat perlindungan dan restu dari dewi Durga. Prasasti Durga Mahisasuramardini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Hindu pada masa itu, menggambarkan perjuangan melawan kejahatan dan perlindungan terhadap dunia.
D.Prasasti Siwa Mahadewa
"Siwa Mahadewa adalah dewa tertinggi dalam agama Hindu yang melambangkan kehancuran. Tapi, ia juga yang menciptakan kembali alam semesta beserta isinya."
Siwa digambarkan sebagai sosok agung yang melambangkan kekuatan kosmis. Dalam beberapa prasasti atau arca yang menyertai prasasti, Siwa sering digambarkan dalam posisi meditasi, memegang trisula (tombak tiga mata), damaru (gendang kecil), atau lingga sebagai simbol kesuburan dan kekuatan penciptaan. Prasasti Siwa Mahadewa menekankan Siwa sebagai dewa yang mengatur siklus kehidupan dan kematian, mengingatkan umat Hindu akan siklus alam semesta yang berputar tanpa henti.