walau hanya fiksi, kira-kira nanti di alam akherat sana
SBY bertemu dengan Sondang di sebuah tempat antara surga dan neraka
tentu saja atas undangan malaikat
sebab sebelum mati, Sondang tak sempat bertemu SBY
maka sebelum diputuskan apa yang terbaik untuk mereka berdua
malaikat mempersilakan untuk saling temu wicara
Sondang : selamat siang Bapak SBY
SBY tak bisa menjawab, entah kenapa tak ada yang mengetahuinya
Sondang tetap melanjutkan pembicaraannya
"Bapak Presiden yang terhormat,
walau di tempat ini presiden atau bukan presiden tak penting lagi jabatannya
namun sebagai warga negara yang baik yang dulu sempat hidup
di negara yang bapak kuasai, ijinkan saya berkata satu-dua buah kalimat
Apa Bapak SBY mengijinkan?"
SBY tetap tak menjawab, dia terdiam, tapi sorot matanya bergerak kesana-kemari
tangannya seperti memberi kode,
tapi Sondang tak menangkap sinyal dari presidennya
"Ya Sudah, kalau Bapak tak mau menjawab, tapi akan saya teruskan kegundahan saya.
Bapak tahu kenapa saya membakar badan?
Bapak masih tidak mau menjawab juga?
Atau Bapak mau bilang ikut berbelasungkawa -
sama seperti saat di pemerintahan Bapak di dunia,
ketika meliha tsunami di sana - sini
gempa di mana-mana
angin, longsor dan banjir juga tak terhiytung jumlahnya
belum lagi mereka yang putus harapannya
kehilangan cita-cita
dan di atas sana Bapak dan jajaran lainnya
pamer garfik dan angka-angka
bahwa negeri kita semakin membaik
semakin meningkat
pertumbuhannya tampak bagus
bahkan negeri kita bisa terhindar dari dampak krisis yang melanda negeri-negeri Utara
namun kenyataannya di dunia bawah
jauh panggang dari api
grafik yang Bapak punya tak lebih sekedar mitos dan mimpi
....
Bapak pasti tau itu semua Bukan?
tidak mungkin Bapak tak menyadarinya
atau Bapak memilih sibuk mengurus partai
dan membesarkannya seperti Badan Bapak yang kian kini kian pula membesar
Sebenarnya Bapak itu presiden negeri ini atau presiden partai sendiri
kalau Bapak presiden Indonesia - yang harus bapak pikirkan tentu saja seluruh warga Indonesia
bukan hanya orang-orang di sekitar Bapak saja
bukan hanya memikirkan pernikahan anak-anak Bapak saja
yang konon kata Bapak pakai uang sendiri
mana bisa??
memang Bapak bisa mencetak uang sendiri??
...
sebelum saya membakar badan
saya akui sebagai manusia biasa - apalagi yang hidup di Indonesia
tentu saja tak sedikit masalah yang saya punya
tapi itu bukan alasan satu-satunya saya memilih mati
bahkan saya sudah memikirkan resikonya
dosa karena melawan garis Tuhan -
dianggap pahlawan kesiangan -
dan tewas dalam ketersia-sia-an
...
walau sudah begitu Bapak memilih tak tahu menahu bukan??
bahwan jangankan saya seorang -
seluruh warga miskin di negeri ini mati dengan cara membakar badan
Bapak pun pasti tetap tak mau tahu kan??
semua itu bukan sesuatu yang berarti bagi Bapak kan??
...
Satu hal yang tak bisa saya mengerti
Apa sebagai manusia Bapak tak punya perasaan
melihat orang-orang kelaparan
kehilangan masa depa
terhimpit kemiskinan
di negeri yang teramat kaya ini
di sebuah negara yang surga sekalipun hampir kalah kualitasnya
Dan Bapak lebih memilih sibuk mengurus anak dan cucu
tinggal di sarang emas
bergelimang kenikmatan dan kenyamanan
...
Kenapa bisa seperti itu Pak?
Bapak itu Bapak kami juga seharusnya
Kakek kami juga sepatutnya
Paman, Abang dan Tulang, Mas, dan Pak Dhe kami juga
posisi Bapak yang mengharuskan itu semua
namun yang ada, justru Bapak tak pernah berposisi demikian
Bapak memilih menjadi penguasa
itupun hanya boneka dari penguasa di balik hancurnya dunia
...
...
Sondang menghentikan bicaranya
melihat SBY yang masih menutup mulutnya
Malaikat yang melihat SBY tetap diam menjadi penasaran
SBY di dekati
di cari apa sebabnya
Setelah tahu isi kepala dan isi hati SBY
malaikat tahu apa yang menjadi akar masalahnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H