GENGGONG - Ajang perlombaan akhirussanah Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong tahun ini kembali menyita perhatian. Selama tiga hari, berbagai perlombaan rohani digelar untuk menyambut Haflatul Imtihan ke-93, mempertemukan bakat-bakat terbaik dari 13 pondok cabang.
Ketua panitia, Ustadz Alfin Nuri Ramadhan, usai acara pada Selasa (21/1), menuturkan bahwa perlombaan ini menjadi ajang pembuktian santri dalam mengasah kemampuan mereka. "Kita ada tiga lomba. Yang pertama tadi Musabaqah Syahril Qur'an (MSQ), yang kedua Teaterikal Puisi, dan yang terakhir drama. Untuk perlombaan khusus rohani, kita targetkan tiga hari. Semoga saja tidak ada kendala," jelasnya.
Lomba-lomba tersebut dipusatkan di samping daerah E Pondok SMP. Para peserta tampak antusias, menampilkan yang terbaik demi meraih predikat juara. Tak sekadar kompetisi, Ustadz Alfin menegaskan bahwa ajang ini juga menjadi batu loncatan bagi santri untuk bersaing di tingkat lebih tinggi.
"Kita mengadakan lomba di akhirussanah ini supaya ketika ada event nasional atau internasional, kita bisa mengirimkan delegasi dari Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong sendiri," tambahnya.
Penampilan Out of the Box, Juri Dibuat Terkejut
Dewan juri, Ustadz Hudel Ghadafi, M.Pd., menilai bahwa tahun ini ada peningkatan kualitas dari para peserta. Ia bahkan menyebut beberapa penampilan cukup mengejutkan dan memicu reaksi tak terduga dari penonton.
"Salah satu contohnya adalah penampilan dari Pondok Raudhatul Hasaniyah 1. Awalnya saya kira bukan teaterikal puisi, tetapi setelah dikaji lebih dalam, justru di sanalah makna filosofisnya muncul. Teaterikal puisi itu bukan hanya soal intonasi dan akulturasi, tetapi juga bagaimana bahasa disampaikan dalam tafsiran metafor," urainya.
Menurutnya, ada peserta yang menampilkan visualisasi melalui bayangan seperti perwayangan. Hal ini dinilai sebagai inovasi yang mampu menghidupkan suasana. "Reaksi penonton juga luar biasa, ada yang heran, ada yang kagum. Ini poin penting dalam seni pertunjukan," tambahnya.
Sementara itu, penampilan dari daerah B M.A.K masih mengusung tema yang kental dengan nilai-nilai agama dan adab. "Mereka tampil hebat dengan alur cerita yang kuat. Kalau yang lain menurut saya masih dalam tahap biasa saja. Tapi saya mengingatkan, juri itu bukan Tuhan, jadi tetap ada subjektivitas dalam penilaian," katanya sambil tersenyum.