Mohon tunggu...
Jhon Qudsi
Jhon Qudsi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Media Sosial

Eksistensi suatu peradaban di bentuk oleh tulisan yang melahirkan berbagai karya i buku

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofis dan Teori Kentut

9 Oktober 2024   22:56 Diperbarui: 10 Oktober 2024   01:51 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam esensi filosofisnya, kentut merupakan simbol kebebasan sejati. Ia tak mengenal aturan, tak tunduk pada kehendak penguasa, dan selalu hadir tanpa mempedulikan waktu atau tempat. Dari sudut pandang ini, kentut mencerminkan kelebihan manusia---kelebihan gas, tepatnya---yang tidak bisa ditahan selamanya. 

Mengingat hal ini, filsuf kentut sering kali mengemukakan bahwa "tak ada yang lebih membebaskan selain kentut di tempat yang tepat." Namun ironisnya, ketika kentut justru hadir di tempat yang kurang tepat, kita seolah dipaksa mencari tempat aman demi menjaga kehormatan diri.

Hierarki Kentut: Daerah, Provinsi, Nasional

Jika ada tingkatan dalam kehidupan sosial, maka demikian juga dengan kentut. Kentut tingkat daerah bisa dilepas hanya dengan satu tarikan napas, menunjukkan bahwa ia sederhana, lokal, dan cepat berlalu. 

Berbeda dengan kentut tingkat provinsi, yang membutuhkan dua kali lipat usaha untuk melepaskannya, seolah merefleksikan tekanan lebih besar dari masyarakat yang lebih luas. 

Dan akhirnya, kentut tingkat nasional, yang bisa berlangsung berjam-jam tergantung situasi, mencerminkan beban bangsa yang dipikul seseorang. Bayangkan, kentut nasional bisa menjadi pusat perhatian masyarakat luas, sementara pelakunya tetap berharap bisa meloloskan diri tanpa diketahui.

Suara dan Aroma yang Unik

Pentingnya etnisitas dalam konteks kentut tidak terletak pada siapa yang kentut, melainkan bagaimana cara mereka kentut. Ini adalah sebuah refleksi mendalam bahwa setiap orang memiliki identitas kentut yang unik. Suara dan aromanya berbeda-beda, bergantung pada apa yang mereka konsumsi dan bagaimana tubuh mereka memprosesnya. 

Mungkin saja, kentut seseorang setelah makan nasi bisa saja berbau ketidakadilan, mencerminkan nasib petani padi yang masih terpinggirkan, sementara kentut setelah minum arak bisa berbau keras, seakan-akan arak itu sendiri protes atas dilepaskannya dari tubuh.

Antara Tindakan Bebas dan Tanggung Jawab Sosial

Apakah kentut merupakan tindakan moral? Pertanyaan ini layak untuk diperdebatkan. Sebuah kentut, meskipun kecil dan tidak berwujud, memiliki dampak sosial yang signifikan, terutama ketika dilepaskan di ruang publik. Dalam konteks ini, kentut tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab sosial. Sebagaimana seorang penguasa harus mempertimbangkan setiap keputusannya, begitu juga seorang individu harus mempertimbangkan kapan dan di mana mereka akan kentut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun