Kembali aku berpikir, bukankah benar apa yang dikatakan presiden? Kita sebagai rakyat tidak pernah berada diposisinya sebagai pemimpin negara sehingga hanya bisa berkomentar sepedas-pedasnya. Tapi di satu sisi aku berpikir lagi, bukankah ini semua konsekuensi atas kemenangan yang diperjuangkannya hingga menggelontorkan miliaran rupiah… Presiden pun bersuara, “Pemilu 2009 baru saja selesai, Pemilu 2014 masih jauh mengapa politik kita teraduk-aduk begini?”
Begitulah cerita singkat tentang presiden di negaraku. Sebagai rakyat mungkin aku hanya bisa berharap, ketegasan yang dulu dipertunjukkan oleh presiden kembali menjelma pada wujud yang nyata dan semoga rakyat tidak asal bicara, mendemonstrasikan kekecewaan dengan cara yang salah. Bagaimanapun aku mengaguminya (presiden) yang selalu santun dalam berkata dan terlihat bijak dalam bertindak, serta terkesan serius memikirkan kondisi rakyatnya hingga keriput-keriput itu subur membanjiri paras tampannya. “Bukankah rakyat juga berpikir begitu? Buktinya presiden terpilih dua kali berturut-turut dengan cara terhormat, dipilih oleh rakyat.” Dan ada hal yang perlu diingat, presiden telah mengorbankan hampir tujuh tahun hidupnya untuk bangsa ini, berusaha mensejahterahkan rakyatnya… Bukan suatu pekerjaan yang mudah dan mungkin tidak akan pernah sanggup kita lakukan sebaik yang pernah dia lakukan bila kita berada di posisinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H