Beberapa waktu lalu Eks Ketum Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful M Tumanurung memberikan pernyataan kontroversi pasca terjadinya evakuasi besar-besaran terhadap warga eks gafatar di Kalbar, kata dia eks gafatar sudah keluar dari islam dan sudah memiliki keyakinannya sendiri sehingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak perlu lagi mengurusi eks gafatar.
"Kami menyatakan sikap telah keluar dari keyakinan atau paham keagamaan Islam mainstream Indonesia dan tetap berpegang teguh paham Millah Abraham sebagai Jalan Kebenaran Tuhan seperti yang telah diikuti dan diajarkan oleh para Nabi dan Rasul Allah SWT," jelas Mahful http://news.detik.com/berita/3127539/eks-ketum-gafatar-kami-keluar-dari-islam-dan-berpegang-pada-millah-abraham
Pernyataan Tumanurung ini jelas berbeda dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, sebab eks gafatar nyatanya belum “seratus persen” keluar dari islam, terbukti pada KTP warga eks gafatar yang ada di Mempawah Kalimantan Barat, status mereka masih tertulis sebagai pemeluk agama islam.
Satu diantaranya adalah KTP milik Edy Saputro yang terlahir pada 18 Maret 1977. Dari KTP itu Edy Saputro memiliki alamat Jl Gusti Sulung Lelanang, RT003/001, Desa Pasir, Mempawah Hilir. Edy mengantongi Nomor Induk Kependudukan (NIK) 3206281803770003
http://pontianak.tribunnews.com/2016/01/30/eks-gafatar-keluar-dari-islam-coba-lihat-ktp-nya
Dan saya yakin ribuan warga eks gafatar yang dievakuasi dari Kalbar beberapa waktu lalu, status agama di KTP mereka juga masih menggunakan agama lama yang mereka anut, bukan sebagai pemeluk agama baru (millah Abraham).
Fakta ini juga saya temukan saat mengunjungi kamp eks gafatar di desa Pelempai Jaya kecamatan Ella Hilir Kabupaten Melawi beberapa waktu lalu, warga eks Gafatar terlihat bingung saat ditanya soal agama mereka.
“Saya sudah tidak ada sangkut paut lagi dengan gafatar, karena gafatar sudah dibubarkan,” kata Sugeng Hadi Riyanto warga eks gafatar kala itu.
Sugeng tidak menjelaskan lebih lanjut soal agama, eks gafatar lebih mengedepankan kebersamaan dan kekeluargaan. Maka dari itu kegiatan mereka cenderung pada sosial kemasyarakatan dan berupaya mendukung program pemerintah melalui ketahanan pangan.
Memang sensitif kalau membahas soal agama. Namun demikian hal ini sangat penting untuk masa depan mereka nantinya. Bagaimana jika nantinya ada diantara mereka yang meninggal dunia apakah harus dimakamkan dengan cara islam atau menggunakan kepercayaan yang mereka anut sekarang. Jika menggunakan kepercayaan yang mereka anut bagaimana tatacaranya?
Kemudian bagaimana pula ketika mereka hendak menikah apakah harus menggunakan tatacara agama islam atau menggunakan cara agama yang mereka anut. Jika persoalan ini tidak dipertegas sejak sekarang tentu saja akan semakin rumit kedepannya. Karena ini menyangkut nasib masa depan anak-anak mereka.