Banyak yang mempertanyakan bagaimana nasib Melawi kedepan? Pertanyaan ini muncul karena wakil rakyat yang berhasil duduk di kursi DPRD merupakan wajah-wajah baru. Baru masuk dunia politik dan baru saja belajar politik. Ini memang di luar prediksi banyak pihak. Bagaimana bisa politisi kawakan yang sudah banyak makan asam garam kalah dengan pemula.
Secara elektabilitas politisi kawakan sangat kuat, popularitas juga mumpuni, finansial sudah pasti sangat mendukung, belum lagi pembinaan konstituen yang dilakukan selama dia menjabat. Tapi kenapa pada pemilu kali ini mereka dibuat tak berdaya.Â
Sebuah tanda tanya besar tentunya. Namun inilah realitanya. Ini politik bung. Kata orang-orang, politik itu kejam. Kawan bisa jadi lawan, lawan bisa jadi kawan, keluarga bisa jadi musuh, musuh bisa jadi keluarga. Politik itu mudah berubah.
Fenomena ini kemudian memunculkan berbagai spekulasi. Ada yang bilang para politisi kawakan yang sudah banyak makan asam garam di dunia perpolitikan ini kalah akibat "kecurangan yang dilakukan secara terstruktur, masif dan sistematis" (begitu bahasa keren para politisi yang kalah) belum lagi kekuatan money politik. Jadi suara konstituen yang sudah dibina oleh politisi kawakan sejak lama bisa dengan mudah berubah.Â
Namun kita juga harus berkhusnudzon mungkin saja masyarakat ingin adanya perubahan. Sebab politisi yang lama pun bisa dibilang tak menunjukkan kinerja yang memuaskan masyarakat.
Apakah kita harus menyalahkan masyarakat yang memilih wakil rakyat karena uang. Tentu tidak kan? Karena yang memulai bukan masyarakat melainkan para calon. Kenapa mereka dulu melakukan money politik hanya untuk mendapatkan suara.Â
Yang lebih parah lagi suara rakyat tersebut diperjual belikan kembali karena tak mencapai harapan. Apakah kita harus menyalahkan masyarakat karena sekarang mereka apatis. Tentu tidak kan karena kalian juga yang memanjakan mereka dengan iming-iming sesaat.
Siapa yang salah? Tak perlulah kita mencari kambing hitam. Karena banyak juga kambing belang. Yang jelas tidak ada masyarakat yang curang. Karena diberi uang atau tidak diberi uang mereka akan tetap menggunakan hak pilihnya. Hanya saja mungkin ketika ada yang memberi uang pilihannya itu bisa berubah dari sebelumnya.
Kenapa masyarakat memilih calon yang memberi uang. Ya mungkin saja selama ini mereka terabaikan setelah bapak/ibu yang terhormat itu duduk di kursi empuk. Paling mereka akan diingat kembali ketika mendekati pemilu. Meskipun tidak semuanya seperti itu. Â
Kembali lagi pada anggota DPRD terpilih sekarang. Apakah mereka nantinya akan mampu melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat. Jawabannya relativ bisa mampu bisa juga tidak. Tergantung ada kemauan belajar atau tidak. Karena pekerjaan para wakil rakyat itu tak sesulit yang dibayangkan. Kalaupun mereka kesulitan masih ada staf ahli yang mengerjakan.
Yang jadi persoalan apakah mereka mampu mempertahankan dan memperjuangkan apa yang jadi kebutuhan masyarakat. Kalaupun pekerjaan ini tidak mampu mereka lakukan. Ini juga tidak akan menjadi persoalan, karena suara rakyatpun sudah mereka beli. Jadi rakyat mana yang harus diperjuangkan.