Budaya di Indonesia memang sangat banyak sekali, dari budaya yang memang warisan dari leluhur hingga budaya-budaya baru yang lahir dikarenakan perkembangan jaman dan teknologi. Salah satu budaya baru yang tersebar di Masyarakat Indonesia adalah Ghibah.
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.
Ghibah dinilai sebagai hal yang negatif dan tidak boleh dicontoh, dikarenakan membicarakan individu yang tidak jelas kebenarannya, dan ditakutkan akan berakhir menjadi fitnah. "Ketika bergosip, manusia bisa diterima di kelompok atau komunitasnya. Gosip itu juga membangun bonding atau ikatan kedekatan dengan orang lain," ujar Endang.Â
"Itu kenapa biasanya gosip ini dilakukan oleh orang-orang yang punya kedekatan, bukan hanya saling kenal," imbuhnya.
Gambaran budaya meng-ghibah di Masyarakat Indonesia saat ini bisa dilihat dari Film Pendek yang berjudul " Tilik ", yang merupakan Film pendek lokal berbahasa Jawa yang diproduksi oleh Ravacana Films. Dimana di dalam film tersebut terdapat sosok Bu Tejo, salah satu tokoh karakter menjadi yang paling disorot warganet karena mencerminkan sifat ibu-ibu yang suka Ghibah dan bermulut pedas.
Merebaknya Budaya Ghibah
Ghibah dilakukan manusia. Meng-ghibah sangat lumrah dilakukan, baik dengan teman, pasangan, tetangga, atau bahkan dengan anak sendiri. Dengan media komunikasi yang terus berkembang saat ini, Ghibah tidak hanya dapat dilakukan secara langsung melainkan melalui telepon genggam baik ketika sedang telepon atau bertukar pesan.
Sementara itu, media televisi juga telah lama menghadirkan acara-acara gosip dengan isu-isu terkini mengenai artis, tokoh masyarakat, atau kelompok tertentu. Bahkan, banyak akun sosial media dibuat untuk memenuhi kebutuhan "ingin tahu" masyarakat soal permasalahan orang lain seperti akun Lambe Turah, Lamber Nyinyir, dan lain-lain.
Sebagai makhluk sosial, manusia telah membuat Ghibah sebagai salah satu sarana interaksi sosial dengan sesama. Setiap orang memiliki kecenderungan untuk meng-ghibah dengan berbagai motif termasuk agar diterima masyarakat atau hanya sebagai hiburan.
Di sisi lain, bergosip tidak hanya disukai oleh orang berkepribadian terbuka dan agresif. Individu yang cenderung tertutup juga memiliki keinginan bisa diterima di kelompok lingkungannya yang dapat dilakukan dengan meng-ghibah.