Mohon tunggu...
Alia Namira A
Alia Namira A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

an introvert who likes to read

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Membangun Kesetaraan Gender Bersama Feminisme

20 Juni 2024   12:35 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:50 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Feminisme memiliki pengertian yang beragam, dilihat dari perubahan sosio-kultural, perubahan politik, bahkan kelompok yang menggaungkan feminis itu sendiri. Feminisme merupakan sebuah gerakan sosial yang diusung karena latar belakang ketidaksetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, menuntut hak-hak perempuan, pembangunan, keikutsertaan perempuan dalam berpolitik, serta posisi perempuan dalam keluarga. 

Istilah feminisme memiliki tiga poin penting: 1) feminisme merupakan pengalaman hidup perempuan yang diceritakan pada masa lalu memiliki sejarah kelam; 2) feminisme berfungsi sebagai alat perjuangan politik untuk membebaskan perempuan, menuntut kesetaraan perempuan dalam struktur sosial dan politik, praktik ini dikenal dengan istilah liberation movement; 3) feminisme merupakan aktivitas intelektual yang memberikan pemahaman tentang apa itu perempuan, hal-hal yang patut diperjuangkan, bentuk penindasan yang dialami permpuan, dan segala definisi tentang perempuan kehidupan sosial perempuan. 

Lahirnya gerakan feminisme di Amerika pertama kali pada abad ke-19 akhir dan abad ke-20 awal. Pada awalnya, fokus Gerakan ini adalah untuk memperjuangkan hak-hak Perempuan dalam memilih pemimpin (the right to vote). 

Akan tetapi, gerakan ini tenggelam pada tahun 1920 setelah hak-hak memilih bagi perempuan berhasil diperoleh. Kemudian, pada tahun 1960an, terbit sebuah buku yang berjudul "The Feminime Mystique" (1963) karya Betty Friedan. 

Masyarakat terutama perempuan dikejutkan dengan adanya gerakan ini. Mereka menjadi paham tentang subordinasi dan marginalisasi perempuan yang dikemas dalam adat tradisional yang sama sekali tidak menguntungkan mereka. 

Sayangnya gerakan feminisme yang dibawa oleh Barat cenderung mengarah pada hieararki antara laki-laki dan perempuan, cara berpikir, mekanisme kerja, metodologi maskulin, dan epistimologi. 

Pemikiran ini cukup membahayakan gerakan feminisme itu sendiri. Gerakan feminis yang diusung oleh Barat cenderung berupaya untuk menindas salah satu kelompok dan ingin bertindak dominan, alih-alih melakukan pembebasan terhadap hak-hak perempuan (liberation). 

Pemikiran Barat yang chauvinistic (patriortik) yang berlebihan jauh dari nilai dan norma yang diterapkan di Indonesia. Kita tidak berpihak pada gerakan anti-feminisme yang tradisional-konservatif dengan budaya patriarki yang mengakar kuat, atau gerakan pro feminisme-modern yang menjadikan laki-laki sebagai rival. Prinsip gerakan feminisme yang diterapkan di Indonesia adalah dengan menempatkan perempuan sebagai mitra laki-laki.

Kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan, pekerjaan, kepemimpinan, dan aspek kehidupan lainnya harus dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. 

Penerapan feminisme erat kaitannya dengan kesetaraan gender, bagaimana cara memperlakukan laki-laki dan perempuan secara adil. Misalnya, penerapan dalam proses pendidikan yang inklusif. Sumber belajar yang digunakan oleh siswa SD sebaiknya

menampilkan contoh aktivitas-aktivitas yang tidak merepresentasikan atau memberikan label terhadap gender laki-laki maupun perempuan. Dalam buku bahan ajar, aktivitas memasak sebaiknya dilakukan secara bersama-sama, baik oleh anak perempuan maupun laki-laki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun