Mohon tunggu...
Ali Iskandar
Ali Iskandar Mohon Tunggu... Lainnya - Pelayan Maszawaibsos

Peminat Sosial Humaniora, tinggal di Lumajang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Bisnis dari Sayyidah Khadijah

12 Juli 2024   18:25 Diperbarui: 12 Juli 2024   18:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Judul diatas merupakan simpulan penulis dari koleksi buku di Perpustakaan Masjid Al Muttaqiin Perum Surya Asri Wonorejo Lumajang.  Judul  asli adalah  Jejak Bisnis Khadijah. Karya Ashadi Zain. Penulis Best Seller Malaysia yang diterbitkan Hikmah Publishing House Bandung.

Kejelian memilih mitra bisnis dan menjaring kerjasama adalah "ramuan" manjur yang menuai sukses bagi Khadijah dalam mengelola bisnis. Tentu bukan sebuah kebetulan jika beliau memilih Muhammad SAW (sebelum menjadi nabi) sebagai mitra bisnisnya. Apalagi belakangan terbukti keputusan menjadikan Muhammad SAW sebagai utusan dalam misi dagang ke Syiria sangat tepat. Terbukti keuntungan dua kali lipat didapat jika dibandingkan dengan misi-misi sebelumnya. Beliaupun kembali mempercayai Muhammad SAW untuk memimpin misi dagang Ke Yaman. Kali ini dengan penawaran pembagian keuntungan yang jauh lebih besar dari misi sebelumnya. Selain sebagai penghargaan, Khadijah berusaha mengikat Muhammad SAW agar tidak lari ke pemodal lain yang menawarkan bonus lebih tinggi.
 
Kekuatan bisnis Khadijah sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam menjalin kerjasama. Prinsip yang tertanam dalam proses ini adalah hati. Tidak kamus dalam hatinya untuk mengeruk keuntungan pribadi semenjak dini. Kerjasama adalah bekerja untuk meraih untung bersama. Prinsip ini bukan diperoleh dalam ruang kelas. Tetapi hasil tempaan pengalaman yang demikian panjang dialami oleh beliau. Khadijah pada zamannya merupakan pebisnis perempaun ulet dan ulung di tengah budaya patrilineal (dominasi laki-laki diruang publik) yang amat kental.
 
Masyarakat Arab pada zamannya adalah masyarakat bisnis. Makkah adalah kota jasa. Letaknya yang strategis di Semenanjung Arabia menjadikannya sebagai pusat penghubung antar wilayah. sebagai penghubung antara selatan semenanjung Arabia, Yaman dan Damaskus disebelah utara. Mesir disebelah barah dan Basrah ditimurnya. Disekitar ada banyak kota-kota satelit yang mengelilingi Makkah yang siap menjadi alur distribusi beragam komoditi dari dan ke daerah penyangga itu. Kondisi geografis yang kering, penduduk yang nomaden, letak kota yang strategis adalah katarsis penduduk Makkah untuk lebih mahir berprofesi sebagai pebisnis brilian.
 
Para pengusaha terkenal pada zamannya, sebut saja  Abu Bakar As Siddiq, pedagang kain sukses. Utsman bin Affan sebagai produsen dan eksportir kain ke Basrah (Persia; Irak-Iran). Umar Bin Khattab, pebisnis jagung yang punya koneksi dengan Persia. Abdurrahman bin Auf, pedagang keju dan mentega. Imam Abu Hanifah juga tercatat sebagai pedagang kain yang sukses. Khadijah, adalah satu diantara mereka yang tersohor. Beliau mewarisi kekayaan dan bakat ayahnya yang telah meninggal tahun 585 Masehi. Meski keturunan orang berada, tidak serta merta berpangfku tangan menikmati warisan orang tua. Beliau dipersiapkan oleh ayahnya untuk bekerja keras dan berhasil menjadi pengusaha yang paling kaya di kota bersejarah itu.
 
Tata Kelola, Bussiness Matching dan Partnership.
 
Empowerment menjadi kata kunci dalam tata kelola bisnis Khadijah. Konsep empowerment ala Khadijah adalah memberikan kepada para pekerja untuk berfikir, bertindak untuk mengambil keputusan secara bebas. Kebebasan yang diberikan itu memberikan kontribusi positif bagi pengembangan bisnis dan organisasi. Mudarib adalah orang yang mendapat kewenangan itu yang membawahi rombongan pekerja lain. Sedang belaiu mengelola aspek perusahannya yang lain di Makkah.    
 
Untuk membuktikan konsep itu, beliau mencari seseorang yang yang dapat dijadikan sebagai mudarib dalam ekspedisi bisnisnya keluar daerah. Tidak mudah untuk mencari partner kerja tersebut. Perlu pengetahuan tertentu untuk menarik para pengusaha agar bersedia menjadi mudarib bagi dirinya. Diantara pengetahuan itu adalah bussiness matching. Adalah proses yang bertujuan memadukan keperluan pihak pihak yang terlibat yang selanjutnya akan mewujudkan hubungan dagang antara kedua belah pihak atau lebih.
   
Abu Thalib-lah yang memberikan masukan kepada Khadijah untuk bekerja sama dengan Muhammad SAW (sebelum menajdi nabi). Sosok muda sarat berpengalaman dan pernah ikut ekspedisi bisnis ke Yaman.
Proses awal yang dilakukan oleh Khadijah sebagai pemilik modal dan Muhammad SAW sebagai pelaksana bisnis di Syria adalah penyelarasan kepentingan bisnis (bussines matching). Berdasarkan info yang ada Khadijah mencairkan modal kepada mudarib, yakni Muhammad SAW untuk melakukan kontrak mudarabah sebelum pemberangkatan ekspedisi bisnis ke Syria.
 
Dalam pemahaman zaman kini, bussiness matching yang -secara tidak formal- dijalankan oleh Khadijah dapat difahami layaknya lembaga kamar dagang. Layanan yang dilakukan oleh kamar dagang itu antara lain ; konsultasi mengenai peluang dagang, publikasi info usaha, konsultasi khusus (produk tertentu), mengatur pertemuan antar pengusaha, misi perdagangan, 6 mengikuti pameran, mengenal pasti rekan bisnis yang sesuai, perjumpaan pembeli-penjual, 10 menggalakkan kerjasama antar perusahaan besar dan perusahaan kecil dan layanan.
 
Meskipun tidak secara eksplisit terstruktur seperti diatas, jejak bisnis Khadijah menggambarkan keadaan diatas dalam titik kinerja bisnisnya sebelum ekspedisi daganganya ke Syria yang dipimpin oleh Muhammad SAW.
 
Rahasia Sukses Bisnis Sayidah Khodijah.
 
Khadijah telah menunjukkan kepiawaiannya dalam berbisnis. Hal itu tercermin dari strategi bisnisnya. Meski telah dilakukan berabad abad lalu tapi tetap relevan dengan tantangan bisnis terkini. Strategi tersebut diantaranya :
 
Analisis biaya keuntungan. Sayidah Khadijah menggunakan analisis biaya keuntungan terkait dengan pembagian keuntungan yang ingin ditawarkan kepada Muhammad SAW. Khadijah mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan serta manfaat yang akan diperoleh dari keputusan tersebut. Yang menjadi perhatiannya bukan untuk mengeruk keuntungan berbasis ambisi.
 
Namun ada keuntungan lain yang lebih menjanjikan namun bersifat abstrak (intangible benefit). Keuntungan itu adalah nama baik dan peningkatan reputasi dihadapan kompetitornya. Dan hal itu didukung oleh kompetensi partner kerjanya yang amanah jujur serta memiliki kemampuan prediksi brilian dalam soal bisnis ini.
 
Berani memberi penghargaan. Psikologis seseorang saat berhasil melakukan sesuatu, pasti ingin diberi penghargaan. Penghargaan lebih memotivasi untuk kerja lebih keras lagi. Boleh jadi penghargaan itu dalam bentuk uang atau dalam bentuk lainnya. Dengan berbekal ilmu dan pengetahuan mengenai hal ini, Khodijah memberikan penghargaan meski secara informal. Hal ini terbukti ketika beliau menawarkan nilai pembagian keuntungan yang lebih tinggi kepada Muhammad SAW sebagai mudarib untuk kedua kalinya, yakni ekspansi bisnis ke Yaman.
 
Memantau perkembangan bisnis. Dapat dilihat dari catatan yang datang dari orang kepercayaan beliau. Maisarah bukan hanya bertindak sebagai pencatat urusan bisnis melainkan juga sebagai petugas pengawas. Dalam konteks bisnis masa kini, badan pengawas seperti itu, mampu meningkatkan profesionalisme. Komunitas pengusaha, kehadiran, badan pengawas atau badan pemantau itu juga di sanggup mengatasi mata masalah kesenjangan informasi antara pedagang dan pemilik modal.
 
Manfaat pemantauan ini berdasar pada dua analisi, yakni defisit dan untung. Selanjutnya diperlukan langkah-langkah perbaikan jika terjadi kekeliruan, proses kontrol yang mencatat adanya kerugian, target awal sebagai acuan untuk melakukan pijakan kerja, proses kontrol yang mencatat adanya keuntungan, dan meninggikan nilai pembagian keuntungan untuk mudarib Nabi Muhammad.
 
Budaya dipacu Prestasi Kerja. Dapat dipungkiri bahwa budaya itu memiliki andil besar untuk kesuksesan seseorang. Saat Khadijah menawarkan pembagian keuntungan yang lebih tinggi pada mudarib nya, ternyata memberi dampak positif bagi para pekerja lain. Tindakan ini memberi dampak positif bagi masa depan bisnis dan organisasinya. Hal ini seakan menyiratkan sebuah pesan prestasi yang bertumpu pada ; pola pikir - sikap - budaya - prestasi. Keempatnya saling mempengaruhi satu sama lain.
 
Apabila budaya positif  seperti budaya yang dipacu prestasi ini (performance driven culture), menjadi salah satu elemen dalam budaya sebuah organisasi. Keuntungan bisnis juga akan meningkat.
 
Menjalin hubungan baik dengan semua pihak. Khadijah sendiri menjadi teladan baik dari sisi menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak. Pihak-pihak itu antara lain pemerintah,pembeli, pemodal,pekerja, rekan bisnis, pedagang dan mudarib tentunya.  
 
Diferensiasi dalam bisnis. Salah satu untuk menarik minat calon pembeli adalah keperbedaan yang dimiliki dari produk yang sama sedang pedagang juga menjualnya. Pengusaha harus bisa menunjukkan keunikan tersendiri. Baik dari sisi produk dan pelayanannya. Diferensiasi produk dan layanan ini akan menarik kesetiaan pelanggan untuk setia padanya. Diferensiasi sebagai strategi bisnis yang dilakukan terhadap produk dan pelayanan. Bila demikian kesetiaan pelanggan terhadap produk dan layanan bisnis akan meningkat. Bisnis yang dilakukan mendapatkan keuntungan dari sisi pemasukan dan image. Khadijah telah menunjukkan keunikan pelayanan bisnsnya (diferensiasi) berupa kejujuran dan keadilan.
 
Struktur organisasi bisnis. Organisasi berkaitan erat dengan komunikasi. Sebab pada zamannya sebagai konglomerat - mudarib yang hidup di dua daerah yang berbeda sesuai dengan "surat tugas"-nya. Mekah - Yaman atau Mekah - Syria dan sebaginya. Dibutuhkan komunikasi level tinggi dan level paling jauh agar supaya produktivitas tidak terganggu.
 
Oleh karena itu seorang pemimpin organisasi memiliki kesamaan dengan persamaan komunikasi dengan pekerja dari level atas sampai bawahnya. Informasi yang disampaikan kepada pemimpin organisasi boleh jadi mengalami distorsi atau perubahan maka ketika pesan atau informasi tersebut sampai pada bekerja di level tertawa substansinya juga akan bergeser jarak komunikasi yang dekat akan meningkatkan efektivitas kerja serta integrasi antar diantara para pekerja.
 
Jarak hierarki komunikasi institusi yang dikelola oleh Khodijah dengan pekerja, - menurut sumber - hanya berjarak satu orang. Yaitu mudarib.
 
Manajemen risiko. Dalam mengelola risiko ini Khodijah ialah dengan menetapkan jumlah maksimal pekerja dalam sebuah proyek usaha; memanfaatkan penyelidikan mengenai risiko kredit dan ekuitas; selalu memantau risiko; selalu memantau tahap pelaksanaan seluruh proyek; melakukan pembagian jenis usaha agar proyek dilaksanakan tidak bertumpu pada beberapa sektor saja. Dengan kepribadian Nabi Muhammad yang terkenal amanah, resiko operasi - lebih spesifik lagi risiko manusia - dapat diminimalisasi.
 
Kesinambungan bisnis dan rencana pewarisan. Khadijah melakukan succession planning atau rencana suksesi untuk menggantikan individu utama dalam sebuah institusi. Siapa yang dipilih untuk meneruskan tradisi bisnis yang dibangun oleh beliau ?. Nabi Muhammad yang selama ini menjadi rekan bisnis yang membantu kelanjutan usahanya. Dengan menjalankan succession planning, pengusaha dapat mencegah stagnasi pada bisnisnya pada saat sakit atau meninggal dunia.
 
Memikirkan dengan matang masalah bisnis. Khadijah juga berfikir secara matang saat mendapatkan masalah bisnis.
 
Persoalaan itu antara lain ; ukuran daerah pemasaran yang kecil, kurangnya diferensisai, strategi pengelolaan yang lemah, tidak memiliki pegawai yang mampu, perencanaan yang tidak baik, target tidak jelas dan kurang pengalaman.
 
Beberapa hal yang kemudian diselesaikannya antara lain ; membidik pasar di luar seperti Syria Yaman agar tidak fokus pada pasar di Mekkah. Mengangkat Nabi Muhammad sebagai rekan bisnis menawarkan keuntungan yang tinggi sebagai investasi untuk mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda, mengurangi risiko mengirim pembantunya Maisaroh untuk membantu nabi dan memantau bisnis rencana bisnis berhasil, mengurangi permasalahan agensi secara langsung atau tidak menggunakan konsep mudharabah yang memadukan insentif dengan target bisnis, mengkombinasikan sifat mulia Nabi Muhammad sebagai mudarib yang mampu mengatasi masalah ini.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun