Mohon tunggu...
Ali Iskandar
Ali Iskandar Mohon Tunggu... Lainnya - Pelayan Maszawaibsos

Peminat Sosial Humaniora, tinggal di Lumajang.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Negeri Kepingan Surga di Bumi

1 Juli 2024   04:19 Diperbarui: 1 Juli 2024   05:59 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Banyak sekali yang berkomentar bahwa negeri kita adalah sebuah keping surga yang diturunkan Tuhan ke bumi. Ini merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada bangsa yang bernama Indonesia. 

Kemanapun langkah kaki kita menuju ke suatu tempat, akan terpapar sawah ladang hijau pepohonan yang meliuk-liuk diterpa angin. Belum lagi alam yang terkandung di dalamnya Sudah ribuan tahun yang lalu bumi nusantara ini mempersembahkan yang terbaik untuk putra bangsa yang berdiam diatasnya. Siapapun diperbolehkan untuk menikmati ragam hasil bumi. Ia tidak pernah letih atau lesu dalam memproduksi hasil bumi itu meskipun manusia yang hidup di atasnya itu berulang kali berbuat nakal menebang semena-mena dan hanya memanfaatkannya saja. Betatapapun egois manusia yang berdiam diatasnya ia tetap bekerjasama secara harmonis kecuali manusia menebang semena mena. Ia peragakan kerjasma itu untuk membantu manusia dengan tumbuh-tumbuhan yang lain dengan mengeluarkan oksigen, agar dihirup oleh binatang sementara binatang dan manusia pun memberi karbondioksida.

Bilamana kerejasama manusia dengan pepohonan terjalin mesra bunga pun tidak segan untuk mekar dan berbuah. Demikian apa yang tidak dibutuhkan oleh sesuatu diberikan kepada orang lain. Sungai -sungai mengairi tumbuhan hutan, membendung banjir. Sedang matahari tak jemu-jemu memberikan kehangatan kepada siapapun. Termasuk air yang menguap akibat matahari dikembalikan oleh kerjasama awan dan angin

Apa gerangan yang terjadi bila masing-masing enggan memberi dan bekerjasama ?. Pasti kepunahan yang terjadi. Prinsip utama yang harus dijaga ialah mengatur tata kehidupan tumbuhan dan binatang adalah kemampuannya meluruskan yang bengkok.

Dalam perjalanan hidup yang berkelindan antara manusia dan lingkunagn itu ialah membetulkan yang salah dan menyembuhkan yang sakit semuanya secara mandiri dan otomatis. Sebenarnya banyak potensi yang dimiliki oleh negeri ini. 

Di samping tumbuhan pohon besar yang tumbuh berdampingan mengemban amanat tugas mengayomi siapapin dan apapun yang ada dbawahnya, juga sadar bahwa tumbuhan yang memnyimpang dari garis yang disyaratkan, pasti akan mengalami kematian dan kekerdilan. Kita seringkali alpa terhadap keberadaan mereka. Bahwa mereka kita anggap sebagai sesuatu yang biasa. Padahal di balik hijaunya pepohonan memerlukan usaha kita untuk memperhatikan dan memeliharanya. Pohon besar tidak akan mengambil porsi pohon yang tumbuh dibawahnya walaupun itu pohon kecil. Yang kecil maupun yang besar mengambil apa yang tersedia sesuai dengan kebutuhan. Agaknya mereka tidak mengenal penumpukan tidak pula pemborosan apalagi penindasan. Tidak seperti masyarakat manusia yang menindas mengambil menumpuk membuang yang tidak digunakannya 

Ada sesuatu yang ditakuti walaupun oleh tumbuhan yang besar sekali pun. Yang ditakuti itu berasal dari satu jenis dan bukan bangsanya atau bagian dari dirinya. Yakni benalu. Benalu ini menghisap secara perlahan makanan-makanan yang ditumpanginya, sehingga membunuhnya. 

Tanah surga dibumi sekeping yang dihiasi oleh aneka ragam tumbuhan terbentang. Sekeping surga itu telah kita rebut dengan darah dan air mata Apalagi kita harus mampu menarik pelajaran agar dapat meraih surga yang berada di negeri kita. Tidak harus berhenti bekerja memenuhi keperluan. Bekerja sama dengan harmonis, tidak mengambil kelebihan kebutuhan. Apalagi menumpuk-numpuk. 

Kita harus mampu meluruskan diri kita sendiri, apa yang bengkok dan apa yang lurus. Kita harus mampu menjadi seperti tumbuh-tumbuhan yang senantiasa memberikan penjelasan kepada kita. Bukankah ia juga mendapatkan makan minum dari apa yang Allah rizkikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun